Sabtu, 09 Januari 2016

KESEHATAN REPRODUKSI (KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI)




KESEHATAN REPRODUKSI
(KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI)





 




Oleh :
Ade Yulia Putri (13244001)
Ajeng Dwi Imelda (13244002)
Amelia Paraswati (13244003)
Annisa Dian Wulandari (13244005)


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG JURUSAN KEBIDANAN
DIV KEBIDANAN TANJUNGKARANG
2014/2015





KATA PENGANTAR



Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat-Nya makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu dan berjalan dengan baik.  Makalah  ini berupa pemgumpulan data dan referensi sehingga dapat terkumpul dan tersusun dengan baik dan bermakna.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua, serta teman-teman yang atas dukungannya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tepat waktu. 

Penulis mengharapkan agar makalah ini dapat sangat bermanfaat bagi para pembaca, terutama bagi mahasiswa kebidanan Poltekkes Tanjungkarang sehingga dapat mengerti dan memahami tentang Konsep Kesehatan Reproduksi.







Bandar Lampung, Maret 2015
                                                                                                Penulis











DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
1.2              Rumusan Masalah
1.3              Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1              Konsep Kesehatan Reproduksi
2.1.1     Definisi Kesehatan Reproduksi
2.1.2     Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi
2.1.3     Hak-Hak Kesehatan Reproduksi
2.1.4     Konsep Gender dalam Kesehatan Reproduksi
2.2              Konsep Keluarga Berencana
2.2.1     Definisi Keluarga Berencana
2.2.2     Manfaat Keluarga Berencana
2.2.3     Macam-Macam Metode Kelarga Berencana
2.3              Asuhan Kespro dan Keluarga Berencana dalam Manajemen Kebidanan
BAB III PENUTUP
3.1              Kesimpulan
3.2              Saran
DAFTAR PUSTAKA









BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Indonesia dengan stuasi geografisnya terdapat 1.300 pulau besar dan kecil, penyebaran penduduk yang belum merata, tingkat sosial ekonomi dan pendidikan belum memadai, sehingga menyebabkan kurang kemampuan dalam menjangkau tingkat kesehatan tertentu. 
Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian khusus bersama dan bukan hanya individu yang bersangkutan, karena dampaknya luas menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.  Dengan demikian kesehatan alat reproduksi sangat erat hubungannya dengan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian anak (AKA).  Indonesia merupakan negara berkembang dan anggota ASEAN yang memiliki angka kematian ibu tertinggi. Survei kesehatan rumah tangga yang dilakukan didapat data ssebagai berikut.

NEGARA
ANGKA KEMATIAN IBU
Indonesia
3,9/1.000 persalinan
Malaysia
0,7/1.000 persalinan
Filipina
1,4/1.000 persalinan
Thailand
1/1.000 pesalinan

Kesehatan reproduksi juga berhubungan erat dengan program keluarga berencana (KB).  Gerakkan keluarga berencana Indonesia telah menjadi contoh bagaimanan negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia dapat mengendalikan dan menerima gerakkan KB sebagai salah satu bentuk pembangunan untuk mencapai kesejahteraan.   Langkah pemeriksaan sebelum kawin dan sebelum hamil melalui anamnesa akan didapatkan mengenai pengatahuan klien mengenai KB.  Melalui anamnesa tersebut kita dapat mengetahui apa klien paham mengenai KB. 
Di Indonesia gerakkan keluarga berencana telah berhasil dengan baik karena kemampuan kita dalam komunikasi. Informasi, simplifikasi, dan sinkronasi (KISIS).  Namun, sekalipun gerakkan keluarga berencana dianggap berhasil dan menjadi contoh di dunia, tetapi masih terdapat beberapa pengertian dan pemahaman oleh klien yang salah tentang KB.
Oleh karena itu, penulis membuat makalah ini untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan konsep kesehatan reproduksi serta KB agar lebih memahami lagi menganai hal tersebut.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1     Apa yang dimaskud dengan kesehatan reproduksi?
1.2.2     Apa saja ruang lingkup dalam kesehatan reproduksi?
1.2.3     Apa yang menjadi hak-hak reproduksi?
1.2.4     Bagaimana konsep gender dalam kesehatan reproduksi?
1.2.5     Apa yang dimaksud dengan keluarga berencana?
1.2.6     Apa saja manfaat dari keluarga berencana?
1.2.7     Apa saja macam-macam metode keluarga berencana?

1.3  Tujuan
1.3.1     Untuk mengetahui definisi kesehatan reproduksi.
1.3.2     Untuk mengetahui ruang lingkup kesehatan reproduksi.
1.3.3     Untuk mengetahui hak-hak reproduksi.
1.3.4     Untuk mengetahui konsep gender dalam kesehatan reproduksi.
1.3.5     Untuk mengetahui definisi keluarga berencana.
1.3.6     Untuk mengetahui manfaat dari keluarga berencana.
1.3.7     Untuk mengetahui macam-macam metode keluarga berencana.










BAB II
PEMBAHASAN


2.1  Konsep Kesehatan Reproduksi
2.2.1     Definisi Kesehatan Reproduksi
        Konferensi internasional tentang kependudukan dan pembangunan/ICPD (International Conference on Population and Development), di Kairo Mesir 1994 diikuti 180 negara menyepakati perubahan paradigm dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas atau keluarga berencana menjadi pendekatan yang terfokus pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi.
        Tahun 1995 konferensi sedunia IV tentang wanita dilaksanakan di Beijing, Cina, di Haquue 1999, di New York tahun 2000 menyepakati antara lain :
Definisi kesehatan reproduksi : “suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit, atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya”.

2.2.2     Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi
Secara luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi :
1.      Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2.      Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi (ISR) termasuk PMS-HIV/AIDS
3.      Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi
4.      Kesehatan reproduksi remaja
5.      Pencegahan dan penanganan infertilitas
6.      Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis
7.      Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker serviks, mutilasi genital, fistula, dll.

        Kesehatan reproduksi ibu dan bayi baru lahir meliputi perkembangan berbagai organ reproduksi mulai dari sejak dalam kandungan, bayi, remaja, wanita usia subur, klimakterium, menopause hingga meninggal.  Kondisi kesehatan seorang ibu hamil mempengaruhi pada kondisi bayi yang dilahirkannya, termasuk didalamnya kondisi kesehatan organ-organ reproduksi bayinya.  Permasalahan kesehatan reproduksi remaja termasuk pada saat pertama anak perempuan mengalami haid/menarche yang bisa beresiko timbulnya anemia, prilaku seksual yang mana bila kurang pengetahuan dapat tertular penyakit seksual, termasuk HIV/AIDS.  Selain itu juga menyangkut kehidupan remaja memasuki masa perkawinan. 
        Remaja yang menginjak masa dewasa bila kurang pengetahuan dapat mengakibatkan resiko kehamilan usia muda yang mana mempunyai resiko terhadap ibu hamil dan janinnya.  Selain hal tersebut diatas, ICPD juga menyebutkan bahwa kesehatan reproduksi juga mengimplikasikan seseorang berhak atas kehidupan seksual yang memuaskan dan aman.  Seseorang berhak terbebas dari kemungkinan tertularnya penyakit infeksi menular seksual yang bisa berpengaruh pada organ reproduksi, dan terbebas dari paksaan. Hubungan seksual dilakukan dengan memahami dan sesuai etika dan budaya yang berlaku.
        Penerapan pelayan kesehatan reproduksi oleh departemen kesehatan RI dilaksanakan secara integrative memprioritaskan pada empat komponen kesehatan reproduksi yang menjadi masalah pokok di Indonesia yang disebut paket pelayanan kesehatan reproduksi esensial (PKRE), yaitu :
1.      Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2.      Keluarga berencana
3.      Kesehatan reproduksi remaja
4.      Pencegahan dan penanganan infeksi saluran reproduksi, termasuk HIV/AIDS

        Sedangkan pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif (PKRK) terdiri dari PKRE ditambah kesehatan reproduksi pada usia lanjut.

2.2.3     Hak-hak Reproduksi
        Hak-hak reproduksi menurut kesepakatan dalam konferensi internasional kependudukan dan pembangunan bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi individu secara utuh, bak kesehatan jasmani maupun rohani,  meliputi :
1.      Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi
2.      Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
3.      Hak kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi
4.      Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan
5.      Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak
6.      Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya
7.      Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termsauk perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual
8.      Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi
9.      Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya
10.  Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga
11.  Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga dan kehidupan reproduksi
12.  Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.

      Menurut BKKBN 2000, kebijakan teknis operasional di Indonesia, untuk mewujudkan hak-hak reproduksi :
1.      Promosi hak-hak reproduksi
Dilaksanakan dengan menganalisis perundang-undangan, peraturan dan kebijakan yang saat ini berlaku apakah sudah seiring dan mendukung hak-hak reproduksi dengan tidak melupakan kondisi local sosial budaya masyarakat.  Pelaksanaan upaya pemenuuhan hak reproduksi memerlukan dukungan secara politik, dan legislative sehingga bisa tercipta undang-undang hak reproduksi yang memuat aspek pelanggaran hak-hak reproduksi.

2.      Advokasi hak-hak reproduksi
Advokasi dimaksudkan agar mendapatkan dukungan komitmen dari para tokoh politik, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM/LSOM, dan swasta.  Dukungan swasta dan LSM sangat dibutuhkan karena ruang gerak pemerintah lebih terbatas.  Dukungan para tokoh sangat membantu perlancar terciptanya pemenuhan hak-hak reproduksi.  LSM yang memperjuangkan hak-hak reproduksi sangat penting artinya untuk terwujudnya pemenuhan hak-hak reproduksi.

3.      KIE hak-hak reproduksi
Dengan KIE diharapkan masyarakat semakin mengerti hak-hak reproduksi sehingga dapat bersama-sama mewujudkannya.

4.      Sistem pelayanan hak-hak reproduksi

Keluarga berencana juga termasuk dalam hak-hak kesehatan reproduksi.  Akses terhadap pelayanan keluarga berencana yang bermutu merupakan pemenuhan kebutuhan dan hak kesehatan reproduksi sebagaimana tercantum dalam program aksi dari Internasional Conference on Population and DevelopmentI, Kairo 1994.  Termasuk di dalamnya hak-hak setiap orang umtuk mendapatkan informasi dan akses terhadap berbagai metode kontrasepsi yang aman, efektif, terjangkau, dan akseptabel. 

2.2.4     Konsep Gender dalam Kesehatan Reproduksi
a.       Pengertian Gender, Seks, dan Seksualitas
Menurut kantor Menneg PP, BKKBN, UNFPA (2001) :
1.      Gender adalah perbedaan peran, fungsi, tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk, dibuat, dan dikonstruksi oleh masyarakat dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman akibat konstruksi sosial.
2.      Seks adalah perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis yang secara fisik melekat pada masing-masing jenis kelamin, laki-laki dan perempuan.

Seksualitas adalah sebuah bentuk prilaku yang didasari oleh faktor fisiologis tubuh.  Istilah sex dan seksualitas adalah suatu hal yang berbeda.  Kata seks sering digunakan dalam dua cara.  Paling umum seks digunakan untuk mengacu pada bagian fisik dari berhubungan, yaitu aktifitas seksual genital.  Seks juga digunakan untuk memberi label gender,  baik seseorang itu pria atau wanita (Zawid, 1994 ;  Perri dan Potter 2005).
Seksualitas adalah istilah yang lebih luas.  Seksualitas diekspresikan melalui interaksi dan hubungan dengan individu dari jenis kelamin yang berbeda dan mencakup pikiran, pengalaman, pelajaran, ideal, nilai, fantasi, dan emosi.  Seksualitas berhubungan dengan bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka mengomunikasikan perasaan tersebut kepada lawan jenis melalui tindakan yang dilakukannya, seperti sentuhan, ciuman, pelukan, dan senggama seksual, dan melalui perilaku seperti isyarat gerak tubuh, etiket, berpakaian dan perbendaharaan kata (Deny dan Quandagno, 1992 ; Zawid, 1994 ; Perri dan Potter, 2005).
Seksualitas adalah maksud dan motif dalam diri manusia.  Seksualitas adalah hasrat (desire) dan keinginan (want) yang saling tumpang tindih dengan aspek-aspek lain dalam kehidupan.  Seksualitas meliputi hak-hak manusia untuk menentukan pilihan-pilihan atas isu-isu yang intim dan menantang.  Termasuk orientasi seksual, perilkau dan praktik seksual pemilihan kontrasepsi, mempunyai anak (Hidayana M Irwan, dkk, 2004).
Berkaitan dengan pengertian diatas, beberapa istilah yang berkaitan dengan gender antara lain sebagai berikut.
1.      Emansipasi : kesetaraan kedudukan, peran, tanggung jawab laki-laki dan perempuan dalam setiap aspek kehidupan.
2.      Feminism : cirri, karakteristik, sikap, perilaku yang banyak dimiliki perempuan.
3.      Maskulin : cirri, karakter, sikap, perilaku yang banyak dimiliki laki-laki.
4.      Bias gender : anggapan yang tidak mengakui persamaan peran, kedudukan, tanggung jawab antara laki-laki perempuan dalam keluarga, masyarakat, pembangunan.
5.      Relasi gender : hubungan laki-laki dan perempuan dalam kerja sama seiring sejalan/bertentangan.
6.      Kesetaraan dan keadilan gender : suasana yang adil (Equity) dan setara (Equality) dalam hubungan kerja sama laki-laki dan perempuan.
7.      Permasalahan/isu gender : permasalahan yang terjadi sebagai konsekuensi dengan adanya kesenjangan gender sehingga mengakibatkan diskriminasi pada perempuan dalam akses dan control sumber daya,  kesempatan, status, hak, peran dan penghargaan.
8.      Buta gender : tidak mempedulikan kebutuhan laki-laki dan perempuan yang berlainan atau tidak menyebutkan secara eksplisit permepuan dan laki-laki.
9.      Manfaat   gender : sejauh mana perempuan dan laki-laki memperoleh keuntungan dari kegiatan tersebut.

b.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gender
Faktor-faktor yang menyertai terbentuknya bias atau ketidakadilan gender yang paling penting adalah faktor fisiologis dan psikologis.
1.      Faktor fisiologis
        Faktor fisiologis menjadi penting karena sekresi hormone dan enzim pada laki-laki dan perempuan tidak sama.  Beberapa hormone dan enzim diproduksi lebih banyak oleh laki-laki, begitu juga sebaliknya.  Hal itu memengaruhui tampilan dan persepsi tentang tugas gender.  Beberapa hormone memengaruhi penyempitan pori-pori sehingga perempuan memiliki kulit yang lebih halus dari kaum pria.  Di beberapa kasus transgender, faktor biologis menjadi kurang penting karena walaupun secara fisik seorang berjenis kelamin laki-laki, tetapi produksi kelenjar progesterone berlebih menempatkannya sebagai perempuan.

2.      Faktor psiklogis
        Faktor psikologis lebih rumit lagi.  Motif-motif atau naluri dasar perempuan kebanyakan berbeda dengan naluri dasar kaum pria.  Saat melakukan hubungan seksual laki-laki sepenuhnya bermotif biologis.  Bagi perempuan, hubungan seksual didasari motif psikologis.  Orgasmus bagi perempuan lebih berkonotasi mental ketimbang fisik.  Naluri reproduktif, luapan penyerahan, rasa memuja, rasa terlindungi, harapan berbagi, keterpenuhan fungsi, kebanggaan, dan masih banyak lagi aspek psiklogis, adalah gejala nyata orgasmus perempuan daripada kontraksi biologis.  Inilah yang muncul sebagai prilaku alamiah, sebagai arus utama atribusi budaya tentang perempuan.
        Masih banyak faktor psikologis selain penelusuran motif-motif.  Keterkaitan antara faktor fisiologis dengan psikologis juga sangat erat, jauh lebih erat daripada keterkaitannya dengan faktor jenis kelamin.  Beberapa variabel lain juga memengaruhi terjadinya ‘ketidaksetaraan’ gender, seperti tejadinya bahasa, terbentuknya pranata-pranata sosial, terbentuknya spritualisme.  Faktor ini tentu saja memerlukan diskusi mendalam dengan para ahli linguistika, ahli antropolgi, tokoh-tokoh agama, guna mendapatkan konsep yang lebih kokoh, radikal, komprehensif sehingga dapat memicu lahirnya sebuah era baru, gaya hidup baru dan epistemology baru, yaitu era kesetaraan gender.

3.      Budaya
Kondisi yang diciptakan atau direkayasa oleh norma (adat-istiadat) yang membedakan peran dan fungsi laki-laki dan perempuan yang berkaitan dengan kemampuan.  Adapun beberapa contoh budaya yang berpengaruh pada gender misalnya :
a.       Masyarakat di Indonesia khususnya di Jawa menganut budaya Patriaki, dimana seorang kepala keluarga adalah laki-laki sehingga laki-laki dicap sebagai orang yang berkuasa.  Budaya patriaki biasanya mengakibatkan anggapan bahwa kesehatan reproduksi adalah masalah perempuan sehingga berdampak kurangnya partisipasi, kepedulian laki-laki dalam kesehatan reproduksi.  KB hanya dianggap sebagai masalah perempuan sehingga sangat kecil akseptor KB laki-laki.
b.      Di Jawa ada pepatah bahwa perempuan di dalam rumah tangga sebagai kasur, sumur, dapur.  Sehingga perempuan didalam keluarga hanya melayani suami.  Kedudukannya lebih rendah dari laki-laki. 
c.       Perlakuan orang tua kepada anaknya sejak bayi dibedakan antara laki-laki dan perempuan dengan memberikan perlengkapan bayi warna biru untuk laki-laki, perlengkepan bayi warna pink untuk perempuan.
d.      Pengaruh pengasuh.  Ibu banyak mengurus hal yang berkaitan dengan fisik anak sedangkan ayah cenderung pada interaksi yang bersifat permainan dan diberi tanggung jawab untuk menjamin bahwa anak laki-laki dan anak perempuan menyesuaikan dengan budaya yang ada.  Ayah lebih terlihat dalam sosialisasi dengan anak laki-laki daripada anak perempuan.  Banyak orang tua membedakan permainan bagi anak laki-laki dan perempuan.  Permainan anak laki-laki cenderung agresif.  Pada masa remaja orang tua lebih mengijinkan anak laki-laki cenderung lebih bebas daripada anak perempuan dengan mengijinkan mereka pergi jauh dari mereka.
e.       Pengaruh teman sebaya.  Anak-anak yang melakukan kegiatan-kegiatan dengan teman sebaya lebih cenderung dihargai oleh sesame jenis teman mereka.  Begitu pula anak perempuan.  Sedangkan anak perempuan yang ‘tomboy’ dapat bergabung dengan teman laki-laki, tapi tidak berlaku bagi anak laki-laki yang bergabung dengan teman perempuan.  Ini mencerminkan tekanan penggolongan jenis kelamin yang lebih besar oleh masyarakat kita pada anak laki-laki.
f.       Pengaruh sekolah dan guru.  Banyak buku-buku di sekolah yang bias gender.  Guru membedakan bimbingannya antara murid laki-laki dan murid perempuan.  Buku-buku pelajaran memberi gambaran pekerjaan perempuan dirumah sedangkan laki-laki sebagai pekerja kantoran.
g.      Pengaruh media.  Pesan-pesan dimedia tentang apa yang dilakukan laki-laki dan perempuan banyak yang bias gender.  Banyak media mengekspose ibu dirumah mengurus anak dan rumah tangga, sedangkan ayah bekerja di kantor.  Banyak iklan perempuan tentang kosmetik, kebersihan, mencuci.  Sedangkan laki-laki mengiklankan mobil, direktur, eksekutif muda.
h.      Pengaruh kognitif.  Teori perkembangan kognitif.  Penentuan gender (gender typing) pada anak-anak terjadi setelah mereka mengembangkan suatu konsep tentang gender.  Sekali mereka secara konsisten menyadari diri mereka sebagai anak laki-laki atau perempuan, anak sering mengorganisasikan diri mereka atas dasar gender.

c.       Analisis Gender
Menurut kantor Menneg PP, BKKBN, UNFPA (2001), ada tiga teori tentang gender.  Teori tersebut adalah sebagai berikut.
1.      Teori Nurture
        Rumusan yang dibentuk oleh mesyarakat mengakibatkan perbedaan antara permepuan dan laki-laki.  Kaum laki-laki dianggap sama dengan kaum yang berkuasa/penindas, sedangkan kaum perempuan sebagai kaum yang tertindas, terperdaya.  Perjuangan diawali oleh kaum feminis internasional yang memperjuangkan kesamaan (sameness), kesamaan berdasar konsep 50-50 (fifty-fifty).  Konsp ini dinamakan perfect equality (kesamaan kualitas).  Perjuangan mereka mendapatkan kendala dari segi agama dan budaya.
        Konsep konflik yang mendudukan laki-laki sebagai kaum borjuis (penindas) dan perempuan sebagai proletar (tertindas), maka untuk menggapai kesamaan dengan cara menghapuskan kaum penindas. Paham sosial konflik banyak diantut oleh masyarakat sosial komunis yang meniadakan starata penduduk. Paham ini menegakan kesamaan yang proposional dalam segala kegiatan masyarkan seperti di lembaga tertinggi negara, jabatan dalam instansi, pimpinan. Untuk mencapai hal tersebut maka di susun suatu program khusus untuk memberikan yang sama bagi pemberdayaan perempuan agar terpacu untuk ambil bagian dalam mendapatkan posisi yang selama ini banyak diduduki oleh kaum laki-laki.
2.      Teori Nature
        Paham ini memamdang adanya perbedaan laki-laki dan perempuan merupakan takdir tuhan yang mesti di terima manusia sebagai makhluk ciptaannya. Adanya perbedaan secara bilogis merupakan pertanda perbedaan tugas dan peran yang mana tugas dan peran tersebut ada yang dapat di gantikan tetapi ada yang tidak karena takdir ilmiah.
        Dalam kehidupan keluarga dan kehidupan sosial diperlukan kerjasama, saling mendukung.  Dalam keluarga ada kepala rumah tangga dan ibu rumah tangga, dalam kehidupan sosial terdapat pemimpin dan anggota yang mana masing-masing mepunyai perbedaan tugas, fungsi, dan tanggung jawab.  Pemimpin hanya satu orang.perbedaan yang berlandaskan demokratis dengan komitmen agar tercipta saling pengertian dan penerimaan.

3.      Teori Equilibrium/Keseimbangan
Hubungan antara laki-laki dan perempuan merupakan satu kesatuan yang saling menyempurnakan, karena setipa laki-laki dan perempuan memiliki kelemahan dan keutamaan masing-masing, harus saling bekerjasama dalam kemitraan dan  keharmonisan dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan keluarga.  Maka semua kebijakan dan strategi pembangunan harus dipertimbangkan keseimbangan antara perempuan dan laki-laki, kepentingan serta sejauh mana peran laki-laki dan perempuan.




d.      Perbedaan Seks dan Gender

GENDER
SEKS
Perbedaan peran, fungsi, hak, sikap, perilaku, dibentuk oleh masyarakat
Takdir Tuhan, perbedaan bilogism, hhormonal, anatomi dan fisiologi, pemberian Tuhan, diciptakan oleh Tuhan.
Dapat berubah atau berkembang sesuai kemajuan IPTEK
Tetap
Dapat bergantian antara laki-laki dan perempuan
Tidak dapat bergantian antara laki-laki dan perempuan

Jadi, pada intinya seks mengacu pada perbedaan-perbedaan biologis seperti ; kromosom, bentuk hormone, organ seks internal dan eksternal.  Sedangkan gender menjelaskan karakteristik mengenai maskulinitas dan femininitas yang digambarkan oleh masyarakat atau budaya.  Apa yang disebut dengan ‘lelaki sejati’ dalam setiap budaya mencakup jenis kelamin laki-laki serta beberapa gambaran mengenai karakteristik maskulin dan prilaku, sama halnya dengan ‘perempuan sejati’ yang terdiri dari jenis kelamin perempuan dan karakteristik feminine.
Pada dasarnya kedua istilah tersebut (seks dan gender) berbeda pengertiannya.  Jika kita berbicara mengenai istilah ‘seks’ berarti kita berbicara pria ataupun wanita yang perbedaannya berdasar pada jenis kelamin.  Dalam kata lain, seks merujuk pada perbedaan antara pria dan wanita berdasar pada jenis kelamin yang ditandai oleh anatomi tubuh dan genetiknya.  Perbedaan seperti ini lebih sering disebut sebagai perbedaan secara biologis atau bersifat kodrati, dalam artian sudah melekat pada masing-masing individu semenjak lahir.
Oleh karena itu, gender tercipta dari konstruksi sosial.  Maka gender bersumber dari manusia atau masyarakat.  Apa yang menjadi perbedaan antara pria dan wanita seperti harkat dan martabatnya dapat saling dipertukarkan.  Perbedaan manusia seperti ini berdampak pada terciptanya norma-norma tentang ‘pantas’ dan ‘tidak pantas’.  Sehingga merugikan salah satu pihak yang mana kebetulan adalah wanita.

e.       Peran Gender
Menurut Bem (1981), gender merupakan karakteristik kepribadian, seseorang yang dipengaruhi oleh peran gender yang dimilikinya dan dikelompokkan menjadi 4 klasifikasi yaitu maskulin, feminism, androgini dan tak terbedakan.  Konsep gender dan peran gender merupakan dua konsep yag berbeda, gender merupakan istilah biologis, orang-orang dilihat  sebagai pria atau wanita tergantung dari organ-organ dan gen-gen jenis kelamin mereka.
Sebaliknya menurut Basow (1992), peran gender merupakan istilah psikologis dan cultural, diartikan sebagai perasaan subjektif seseorang mengenai kepriaan (maleness) atau kewanitaan (femaleness).
Brigham  (1986) lebih menekankan terhadap konsep stereotype di dalam membahas mengenai peran gender, dan menyebutkan bahwa peran gender  merupakan karakteristik status, yang dapat digunakan untuk mendukung diskriminasi sama seperti ras, kepercayaan, dan usia.
Sementara peran gender sendiri sebagai sebuah karakteristik memiliki determinan lingkungan yang kuat dan berkaitan dengan dimensi maskulin versus feminism (Stewart & Lykes, dalam Saks dan Krupat, 1998).  Ketika berbicara mengenai gender, beberapa konsep berikut ini terlibat di dalamnya.
1.      Gender role (peran gender), merupakan definisi atau preskripsi yang berakar pada kultur terhadap tingkah laku pria dan wanita.
2.      Gender identity  (identitas gender), yaitu bagaimana seseorang mempersepsikan dirinya sendiri dengan memperhatikan jenis kelamin dan peran gender.
3.      Sex role ideology (ideology peran-jenis kelamin), termasuk diantaranya stereotype gender, sikap pemerintah dalam kaitannya antara kedua jenis kelamin dan status-status relatifnya (Segall, Dosen, Berry, & Pootiga, 1990).  Kepentingan di dalam membedakan antara jenis kelamin dan gender berangkat dari pentingnya untuk membedakan antara aspek-aspek biologis dengan aspek-aspek sosial di dalam menjadi pria atau wanita.  Bahkan yang paling sering terjadi adalah bahwa orang-orang mengasumsikan kalai perbedaan kepribadian dan sikap yang tampak antara pria dan wanita sanga berkaitan dengan perbedaan jenis kelamin (Basow, 1992).

Jika menyamakan antara gender dapat mengarahkan keyakinan bahwa perbedaan trait-trait dan tingkah laku antara pria dan wanita mengarah langsung kepada perbedaan secara biologis.  Sementara jika kita membedakan konsep gender dan gender akan membantu kita untuk menganalisis keterkaitan yang kompleks antara gender dan peran gender secara umum.  Ini yang membuat gender sangat penting untuk membedakan antara gender dengan peran gender.
Peran gender adalah pola tingkah laku yang dianggap sesuai untuk masing-masing gender ang didasarkan pada harapan masyarakat.  Menurut Myers (1995), peran gender merupakan suatu set tingkah laku yang diharapkan (berupa norma) untuk pria dan wanita, dikaitkan dengan cirri-ciri feminism dan maskulin sesuai dengan yang diharapkan masyarakat.

2.2  Konsep Keluarga Berencana
2.2.1     Definisi Keluarga Berencana
Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran.  Itu dimaksudkan untuk perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya. 
Program KB adalah program yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan dan per orangan dalam mencapai tujuan reprokduksi, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insiden kehamilan beresiko tinggi, kesakitan, dan kematian, membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudahdiperoleh bagi semua orang yang membutuhkan, meningkatkan mutu nasehat, komunikasi, edukasi, konseling, dan pelayanan, meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB, dan meningkatkan pemberian air susu ibu (ASI) untuk penjarangan kehamilan (BKKBN, 2006).
Keluarga berencana merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk.  Program keluarga berencana oleh pemerintah adalah agar keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada pertumbuhan yang seimbang.
Namun, paradigma baru KB nasional telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas Tahun 2015”.  Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju mandiri, memiliki anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Saifuddin, 2006).
Jumlah anak dalam keluarga yang dianggap ideal adalah dua (2).  Gerakkan ini mulai dirancang pada tahun akhir 1970-an.  Ada pula sebuah lagu mengenai keluarga berencana yang sering dinyanyikan.  Keluarga berencana adalah usaha untuk mengontrol jumlah dan jarak antara kelahiran anak.  Untuk menghindari kehamilan yang bersifat sementara digunakan kontrasepsi sedangkan untuk menghindari kehamilan yang bersifat menetap bisa dilakukan sterilisasi.  Tujuan dari keluarga berencana adalah sebagai berikut.
1.      Tujuan umum :
-          Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (norma keluarga kecil bahagia sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya dasar masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.
2.      Tujuan khusus
-          Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
-          Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
-          Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran.

2.2.2     Manfaat Keluarga Berencana
Saat ini pemerintah seang menggalakan program keluarga berencana pada masyarakat luas dengan membatasi dalam sebuah keluarga memiliki 2 orang anak.  Dengan tujuan menyesuaikan keadaan ekonomi dan menekan angka kelahiran yang setiap tahun makin melonjak.  Tujuan dan manfaat program keluarga berencana adalah sebagai berikut.
1.      Mencegah kehamilan karena alasan pribadi.
2.      Membatasi jumlah anak.
3.      Menekan angka kelahiran yang melonjak tajam setiap tahunnya.

Secara menyeluruh, program keluarga berencana tidak hanya memberikan keuntungan atau manfaat bagi pihak ibu saja.  Anggota keluarga lainnya seperti ayah dan anak juga mendapatkan manfaat dari adanya program keluarga berencana ini.
1.      Manfaat program keluarga berencana bagi ibu dan ayah
Keleuarga berencana memberikan manfaat bagi pihak ibu.  Beberapa manfaat tersebut yaitu :
-          Memperbaiki kesehatan ibu.
-          Peningkatan kesehatan.
-          Memiliki waktu yang cukup untuk mengasuh dan mendidik anak.
-          Memiliki waktu untuk beristirahat.
-          Memiliki banyak waktu luang.
-           Dapat melakukan berbagai kegiatan lainnya.

Orang tua (ayah dan ibu) yang paling bertanggung jawab atas keselamatan dirinya dan keluarganya (anak-anak), karena itu orang tua harus sadar akan batas-batas kemampuannya selama masa baktinya dalam pemenuhan kebutuhan anak-anaknya sampai menjadi orang yang berguna.  Walaupun manusia dapat mengharapkan pertolongan dan rezeki dari Tuhan Yang Maha Esa, namun mereka sebagai mahluk insane yang diberi akal, ilmu, dan pikiran sehat, karena itu mereka wajib memakai akal, ilmu dan oikiran sehat tersebut untuk mendapatkan jalan dan hidup yang sehat pula sehingga tidak berbuat yang lebih dari kemampuan yang ada.  Dengan demikian, terciptalah keselamatan keluarga dan terbentuklah keluarga yang bahagia.

2.      Manfaat program keluarga berencana bagi anak
Anak adalah amanah dan karunia dari Tuhan yang harus dijunjung tinggi sebagai pemberian yang tak ternilai harganya.  Mengatur kelahiran merupakan salah satu cara dalam menghargai kepentingan anak.  Orang tua mempunyai persiapan yang matang agar dapat memberikan kehidupan yang baik kepada anak-anaknya agar kelak mereka menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi orang tua dan bangsa.  Beberapa manfaat yang diberikan bagi anak antara lain :
-          Dapat mengetahui pertumbuhan anak dan kesekatannya.
-          Memperoleh perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup.
-          Perencanaan masa depan dan pendidikan yang baik.

3.      Kepentingan masyarakat
Keluarga merupakan kumpulan terpadu dari komunitas atau masyarakat.  Kepentingan masyarakat meminta agar setiap orang tua sebagai kepala keluarga memelihara dengan baik keluarga dan anak-anaknya agar dapat membantu terlaksananya kesejahteraan seluruh komunitas sehingga secara makro telah ikut memelihara keseimbangan penduduk dan pelaksanaan pembangunan nasional.  Tanpa bantuan kesungguhan keluarga dalam menekan pertambahan penduduk dengan cepat, pembangunan tidak akan berarti.  Orang tua yang menentukan jumlah anak yang ingin mereka miliki sesuai dengan kemampuannya dan tidak melupakan tanggung jawab terhadap anak-anak yang telah dilahirkan, tanggung jawab terhadap masyarakat dan negara dimana mereka hidup dan berbakti (Mochtar, 1998).

2.2.3     Macam-Macam Metode Keluarga Berencana
Saat ini ada banyak macam metode kontrasepsi.  Macam-macam metode konstrasepsi yang dapat digunakan dalam keuarga berencana adalah sebagai berikut.
1.      Metode Amenore Laktasi (MAL)
Metode amenore laktasi adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya memberikan ASI tanpa makanan atau minuman apa pun lainnya.  MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila ibu menyusui secara penuh (ful breast feeding), yang akan lebih efektif bila pemberian  ≥ 8 x sehari, belum haid, dan umur bayi kurang dari 6 bulan karena MAL hanya efektif sampai 6 bulan.  Jika sudah lebih dari 6 bulan, harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya.  Cara kerja MAL sendiri dengan penekanan/penundaan ovulasi.
MAL memiliki keuntungan kontrasespi dan non kontrasespsi.  Keuntungan kontrasespsi yaitu :
-          Efektifitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pasca persalinan).
-          Segera efektif.
-          Tidak mengganggu sanggama.
-          Tidak ada efek samping secara sistematik.
-          Tidak perlu pengawasan medis.
-          Tidak perlu obat atau alat.
-          Tanpa biaya.

Sedangkan keuntungan non kontrasepsinya adalah :
-          Untuk bayi
Bayi mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibody perlindungan lewat ASI), sebagai sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal, serta terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau formula, atau alat minum yang dipakai.
-          Untuk ibu
MAL dapat mengurangi resiko perdarahan pascapersalinan serta anemia dan mampu meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi.

2.      Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
Untuk menggunakan metode kontrasepsi ini, ibu harus mengetahui kapan masa subur berlangsung.  Metode ini dapat efektif bila digunakan dengan tertib.  KBA tidak memberikan efek samping bagi sang ibu.  Meetode ini dilakukan hanya dengan cara pasangan secara sukarela menghindari sanggama pada masa subur ibu, atau sanggama pada masa subur untuk mencapai kehamilan.
Metode KBA terdiri dari beberapa macam metode.  Metode lender serviks atau lebih dikenal dengan Metode Ovulasi Billings/MOB atau metode dua hari mukosa serviks dan metode simtomtermal adalah yang paling efektif.  Cara yang kurang efektif misalnya sistem kalender atau pantangan berkala dan metode suhu basal yang sudah tidak diajarkan lagi oleh para pengajar KBA.  Hal ini disebabkan karena kegagalan yang cukup tinggi (>20%) dan waktu pantang yang lebih lama.  Lagi pula sudah ada cara lain  yang lebih efektif dan masa pantang lebih singkat.  Di Indonesia dengan surat dari BKKBN pusat kepada BKKBN provinsi dengan SK 6668/K.S 002/E2/90, Tgl. 28 Desember 1990, Metode Ovulasi Billings (MOB) sudah diterima sebagai salah satu Metode KB (Mandiri).
Keuntungan kontrasepsi dari KBA yaitu :
-          Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan.
-          Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
-          Tidak ada efek samping sistematik.
-          Murah atau tanpa biaya.

Sedangkan keuntungan non kontrasepsinya yaitu :
-          Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana.
-          Menambah pengetahuan tentang sistem reproduksi pada suami dan istri.
-          Memungkinkan mengeratkan relasi/ hubungan melalui peningkatan komunikasi antara suami istri/pasangan.

Pasangan suami istri yang dapat menggunakan metode KBA sabagi alat kontrasepsi adalah :
-          Semua perempuan sesame reproduksi, baik siklus haid teratur maupun tidak teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun premenopause.
-          Semua perempuan dengan pritas berapa pun termasuk nulipara.
-          Perempuan kurus atau gemuk.
-          Perempuan yang merokok.
-          Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu antara lain hipertensi sedang, varises, dismenore,  sakit kepala sedang atau hebat, mioma uteri, endometritis, kista ovarii, anemia defisiensi besi, hepatitis virus, malaria, thrombosis vena dalam, atau emboli paru.
-          Pasangan dengan alas an agama atau filosofi untuk tidak menggunakan metode lain.
-          Perempuan yang tidak dapt menggunakan metode lain.
-          Pasangan yang ingin pantang sanggama lebih dari seminggu pada tiap siklus haid.
-          Pasangan yang ingin dan termotivasi untuk mengobservasi, mencatat, dan menilai tanda dan gejala kesuburan.

Sedangkan pasangan yang ingin menggunakan metode ini sebagai alat konsepsi adalah Pasangan yang ingin mencapai kehamilan, sanggama dilakukan pada masa subur untuk mencapai kehamilan.

3.      Sanggama Terputus
Sanggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina sehingga tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan dapat dicegah.  Manfaat dari segi kontrasepsi adalah :
-          Efektif bila dilaksanakan dengan benar.
-          Tidak mengganggu produksi ASI.
-          Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya.
-          Tidak ada efek samping.
-          Dapat digunakan setiap waktu.
-          Tidak membutuhkan biaya.

Sedangkan keuntungan dari segi non kontrasepsi yaitu :
-          Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana.
-          Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian yang sangat dalam.

4.      Metode Barier
Metode ini salah satunya dengan menggunakan kondom.  Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga dapat mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.  Metode barier efektif bila dipakai dengan baik dan benar serta dapat dipakai bersamaan dengan metode KB lainnya.
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan antara lateks (karet), palstik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual.  Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyaibentuk seperti putting susu.  Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektivitasnya (misalnya penambahan spermisida) maupun sebagai aksesoris aktivitas seksual.
Standar ketebalan adalah 0,02 mm.  Tipe-tipe kondom terdiri dari kondom biasa, kondom berkontur (bergerigi), kondom beraroma, serta kondom tidak beraroma.  Kondom untuk pria sudah cukup dikenal namun untuk kondom wanita walaupun sudah ada, belum popular dengan alasan ketidaknyamanan (berisik).  Kondom menghalangi masuknya sperma kedalam vagina dengan cara mengemas sperma di ujung  selubung karet yang dipasang pada penis sehinngga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam vagina.
Keuntungan dari penggunaan kondom sebagai alat kontrasepsi antara lain :
-          Efektif bila digunakan dengan benar.
-          Tidak mengganggu produksi ASI.
-          Tidak mengganggu kesehatan klien.
-          Tidak mempunyai pengaruh sistematik.
-          Murah dan dapat dibeli secara umum.
-          Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.
-          Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda.
Sedangkan kuntungan non kotrasepsi dari penggunaan metode KB ini adalah :
-          Memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber-KB.
-          Dapat mencegah penularan IMS.
-          Mencegah ejakulasi dini.
-          Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasi bahan karsinogenik eksogen pada serviks).
-          Saling berinteraksi sesama pasangan.
-          Mencegah imuno infertilitas.

5.      Kontrasepsi Kombinasi (Hormon Esterogen dan Progesteron)
a.       Pil kombinasi
Pil kombinasi efektif dan reversible bila diminum setiap hari.   Pada bulan-bulan pertama efek samping berupa mual dan perdarahanbercak yang tidak berbahaya dan segera akan hilang.  Efek samping serius terjadi sangat jarang.  Pil dapat digunakan oleh semua ibu usia reproduksi, baik yang sudah mempunyai anak maupun belum.  Namun, metode ini tidak dianjurkan pada ibu yang menyusui.  Metode ini juga dapat dijadikan sebagai kontrasepsi darurat.  Janis-jenisnya yaitu :
1.      Monofasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif esterogen/progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.
2.      Bifasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung jormon aktif esterogen/progestin (E/P) dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa jormon aktif.
3.      Trifasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif esterogen/progestin (E/P) dengan tida dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.

Cara kerja dari penggunaan pil ini dengan menekan ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan lender serviks sehingga sulit dilalui oleh sperma, serta mengganggu pergerakkan tuba sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu pula.
Manfaatnya sendiri dari penggunaan metode ini adalah :
-          Memiliki efektifitas tinggi bila digunakan setiap hari.
-          Resiko terhadap kesehatan sangat kecil.
-          Tidak mengganggu hubungan seksual.
-          Siklus haid menjadi teratur, tidak nyeri haid, dan mengurangi darah haid sehingga mencegah anemia.
-          Dapat digunakan dalam jangka panjang selama perempuan masih ingin menggunakan untuk mencegah kehamilan.
-          Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
-          Mudah dihentikan setiap saat.
-          Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
-          Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
-          Membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak pada payudara, dismenore, atau akne.


b.      Suntikan kombinasi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali (Cyclofem), dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali.
Cara kerja dari suntikan kombinasi ini dengan menekan ovulasi, membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu, merubah endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu, serta mengahmbat transportasi gamet oleh tuba.  Metode ini sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama setahun pertama penggunaan.
Keuntungan kontrasepsi dari suntikan kombinasi ini antara lain :
-          Resiko terhadap kesehatan kecil.
-          Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
-          Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
-          Untuk penggunaan jangka waktu panjang.
-          Efek samping yang ditimbulkan sangat kecil.
-          Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.

Sedangkan keuntungan non kontrasepsi pada penggunaan suntikan kombinasi ini adalah :
-          Mengurangi jumlah perdarahan.
-          Mengurangi nyeri saat haid.
-          Mencegah anemia.
-          Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium.
-          Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium.
-          Mencegah kehamilan ektopik.
-          Melindungi klien dari jenis-jenis tertentu penyakit radang panggul.
-          Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usis perimenopouse.

6.      Kontrasepsi Progestin
a.       Kontrasepsi Suntikan Progestin
Kontrasepsi progestin sangat efektif, aman, dan dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi.  Kembalinya kesuburan lebih lambat (rata-rata 4 bulan) serta cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI.
Cara kerja dari kontrasepsi ini adalah dengan mencegah ovulasi, mengentalkan lender serviks, menjadikan selaput lender rahim tipis dan atrofi, serta menghambat transportasi gamet tuba.  Kontrasepsi progestin terdiri dari 2 jenis kontrasepsi suntikan, yaitu :
-          Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera), mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik IM (di daerah bokong).
-          Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik IM.

Kedua jenis kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektifitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan/than, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.  Keuntungan dari penggunaan ini antara lain :
-          Sangat efektif.
-          Pencegahan kehamilan jangka panjang.
-          Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri.
-          Tidak mengandung esterogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.
-          Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
-          Sedikit menimbulkan efek samping.
-          Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
-          Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampi perimenopouse.
-          Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
-          Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
-          Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.
-          Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).

b.      Kontrasepsi Pil Progestin (Minipil)
Kontrsepsi ini cocok untuk perempuan menyusui yang ingin memakai pil KB karena pil ini sangat efektif pada masa laktasi.  Dosisnya rendah sehingga tidak menurunkan produksi ASI dan tidak memberikan efek samping esterogen.  Efek samping utama dari kontrasepsi ini adalah gangguan perdarahan, perdarahan bercak, atau perdarahan tidak teratur.  Kontrasepsi ini dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.  Jenis-jenis dari minipil antara lain :
-          Kemasan dengan isi 35 pil : 300 µg levonorgestrel atau 35 µg noretindron.
-          Kemasan dengan isi 28 pil : 75 µg desogestrel.

Cara kerja minipil dengan menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium (tidka begitu kuat), transformasi endometrium lebih awal sehingga implantasi lebih sulit, mengentalkan lender serviks sehingga menghambat penetrasi sperma, serta mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sprema terganggu.
Minipil sangat efektis (98,5%).  Pada penggunaan minipil jangan sampai terlupa satu-dua tablet atau jangan sampai terjadi gangguan gastrointestinal (muntah, diare) karena akibatnya kemungkinan terjadi kehamilan sangat besar.  Penggunaan obat-obat mukolitik asetilsistein bersamaan dengan minipil perlu dihindari karena munolitik Janis ini dapat meningkatkan penetrasi sperma sehingga kemampuan kontraseptif dari minipil dapat terganggu.  Agar didapatkan kehandalan yang tinggi, maka :
-          Jangan sampai ada tablet yang lupa
-          Tablet digunakan pada jam yang sama (malam hari)
-          Sanggama sebaiknya dilakukan 3-20 jam setelah penggunaan minipil


Keuntungan kontrasepsi dari metode ini yaitu :
-          Sangat efektif bila digunakan secara teratur.
-          Tidak mengganggu hubungan seksual.
-          Tidak memengaruhi ASI.
-          Kesuburan cepat kembali.
-          Nyaman dan mudah digunakan.
-          Sedikit efek samping.
-          Dapat dihentikan setiap saat.
-          Tidak mengandung esterogen.

EFEK SAMPING
PENANGANAN

Amenore

Pastikan hamil atau tidak, bila tidak hamil, tidak perlu tindakan khusus.  Cukup konseling saja.  Bila amenore berlanjut atau hal tersebut membuat klien khawatir, rujuk ke klinik.  Bila hamil, hentikan pil, dan kehamilan dilanjutkan.  Jelaskan kepada klien bahwa minipil sangat kecil menimbulkan kelainan pada janin.  Bila diduga kehamilan ektopik, klien perlu obat-obat hormonal untuk menimbulkan haid.  Kalaupun diberikan tidak akan ada gunanya.

Perdarahan tidak teratur/spotting

Bila tidak menimbulkan masalah kesehatan/tidak hamil, tidak perlu tindakan khusus.  Bila klien tetap saja tidak dapat menerima kejadian tersebut, perlu dicari metode kontrasepsi lain.

c.       Kontrasepsi Implan
Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen dan dapat mendegah terjadinya kehamilan antara tiga hingga lima tahun.  Metode ini dikembangkan oleh the population council, yaitu suatu organisasi internasional yang didirikan tahun 1952 untuk mengembangkan teknologi kontrasepsi.

7.      Alat Kontrasepsi  Dalam Rahim (AKDR)
AKDR sangat efektif, reversible dan berjangka waktu panjang (dapat mencapai 10 tahun : CuT-380A).  Metode keluarga berencana ini membuat haid menjadi lebih lama dan lebih banyak.  Pemasangan dan pencabutannya memerlukan pelatihan, namun dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi dan tidak boleh dipakaii oleh perempuan yang terpapar pada Infeksi Menular Seksual (IMS). 
Jenis-jenis AKDR yaitu AKDR CuT-380A.  AKDR ini  kecil, kerangka dari plastic yang fleksibel, berbentuk huru T diselubungi oleh kawat halus  yang terbuat dari tembaga (Cu).  Tersedia di Indonesia dan terdapat dimana-mana.  AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering).
Cara kerja dari alat kontrasepsi ini adalah dengan menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii, memengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri.  AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemapuan sperma untu fertilisasi.  Hal ini memungkinkan untuk mencegah implantasi dalam uterus.
Keuntungan dari penggunaan alat kontrasepsi ini adalah sabagai berikut.
1.      Sebagai kontrasepsi yang efektifitasnya tinggi (0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama).
2.      AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
3.      Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti).
4.      Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
5.      Tidak memengaruhi hubungan seksual.
6.      Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
7.      Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR.
8.      Tidak memengaruhi kualitas dan volume ASI.
9.      Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi).
10.  Dapat digunakan sampai menopause.
11.  Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
12.  Membantu mencegah kehamilan ektopik.

Kerugian dari AKDR :
1.      Efek samping umum (perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antarmenstruasi, nyeri haid).
2.      Komplikasi lain (merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hati setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memmungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus).
3.      Tidak mencegah IMS.
4.      Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan.
5.      Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR.
6.      Seringkali perempuan takut dalam proses pemasangan.
7.      Klien tidak dapat memasang atau mencabut AKDR oleh dirinya sendiri.
8.      Mungkin AKDR akan keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang segera sesudah melahirkan).
9.      Tidak mencegah kehamilan ektopik.
10.  Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu.  Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini.

8.      Kontrasepsi Mantap
a.       Tubektomi
Tubektomi adalah metode kontrasepsi untuk perempuan yang tidak ingin anak lagi.  Perlu prosedur bedag untuk melakukan tubektomi sehingga diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk memastikan apakah seorang klien sesuai untuk menggunakan metode ini.
Tubektomi termasuk metode efektif dan tidak menimbulkan efek samping jangka panjang, efektivitas tubektomi yaitu :
1.      Kurang dari 1 kehamilan per 100 (5 per 100) perempuan pada tahun pertama penggunaan.
2.      Pada 10 tahun  penggunaan, terjadi sekitar 2 kehamilan per 100 perempuan (18-19 per 1000 perempuan).
3.      Efektivitas kontraseptif terkait juga dengan teknik tubektomi (penghambatan atau oklusi tuba) tetapi secara keseluruhan, efektivitas tubektomi cukup tinggi dibandingkan metode kontrasepsi lainnya.  Metode dengan efektivitas tinggi adalah tubektomi minilaparotomi pascapersalinan.

Jarang sekali ditemukan efek samping, baik jangka pendek maupun jangka panjang.  Keuntungan dari metode ini yaitu mempunyai efek protektif terhadap kehamilan dan penyakit radang panggul (PID).  Beberapa studi menunjukkan efek protektif terhadap kanker ovarium.  Namun tubektomi memiliki resiko.  Walaupun jarang tetapi dapat terjadi komplikasi tindakan pembedahan dan anastesi.  Penggunaan anstesi local sangat mengurangi resiko yang terkait dengan tindakan anastesi umum.

b.      Vasektomi
Vasektomi adalah metode kontrasepsi untuk lelaki yang tidak ingin anak lagi.  Perlu prosedur bedah untuk melakukan vasektomi sehingga diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk memastikan apakah seseorang sesuai untuk menggunakan metode ini.
Vasektomi disebut juga sebagai metode kontrasepsi operatif lelaki.  Metode ini merupakan metode permanen untuk pasangan tidak ingin anak lagi.  Hal ini dikarenan vasektomi membuat sperma (yang disalurkan melalui vas deferens) tidak dapat mencapai vesikula seminalis yang pada saat ejakulasi dikeluarkan bersamaan dengan cairan semen.  Untuk oklusi vas deferens, diperlukan tindakan insisi kecil (minor) pada daerah rafe skrotalis.  Penyesalan terhadap vasektomi, tidak segera memulihkan fungsi reproduksi karena memerlukan tindakan pembedahan ulang.  Vasektomi termasuk metode efektif dan tidak menimbulkan efek samping jangka panjang.

c.       Rekanalisasi
Operasi rekanalisasi dengan teknik bedah mikro sudah banyak dikembangkan.  Teknik ini tidak saja menyambungkan kembali tuba falopii dengan baik, tetapi juga menjamin kembalinya fungsi tuba.  Hal ini disebabkan oleh teknik bedah mikro yang secara akurat menyambung kembali tuba dengan trauma yang minimal, mengurangi perlekatan pascaoperasi, mempertahankan fisiologi tuba, serta menjamin fimbriae tuba tetap bebas sehingga fungsi penangkapan ovum masih tetap baik.
Tidak semua pasien pascatubektomi dapat dengan mudah menjalankan rekanalisasi atau dikabulkan permintaan rekanalisasinya.  Beberapa pertimbangan harus diberikan untuk keberhasilan rekanalisasi tersebut.  Beberapa kontraindikasi antara lain :
-          Umur klien > 37 tahun.
-          Tidak ada ovulasi (atau ada masalah dari faktor ovarium).
-          Suami oligospermi atau azoospermi.
-          Keadaan kesehatan yang tidak baik, dimana kehamilan akan memperburuk kesehatannya.
-          Tuberculosis genitalia interna.
-          Perlekatan organ-organ pelvic yang luas dan berat.
-          Tuba yang sehat terlalu pendek (kurang dari 4 cm).
-          Infeksi pelvis yang masih aktif.

Beberapa pertimbangan yang harus dipikirkan sebelum melakukan operasi adalah sebagai berikut.
1.      Pemeriksaan praoperatif
·         Anamnesis yang lengkap, termasuk laporan operasi daerah perlvis dan penyakit panggul terdahulu.
·         Pemeriksaan fisik umum (status generalis).
·         Pemeriksaan ginekologis.
·         Pemeriksaan laparoskop.
·         Pemeriksaan histerosalpingografi.
2.      Keputusan untuk operasi dan waktunya
·         Apakah bisa dilakukan pembedahan mikro pada kasus tersebut.
·         Apakah tindakan pembedahan tersebut akan memberikan hasil yang baik untuk klien agar dapat hamil.

Bila jawaban YA, harus ditentukan waktu operasi.  Tindakan pembedahan biasanya dilakukan di rumah sakit oleh ahli bedah yang terlatih serta dengan sarana yang lengkap untuk operasi mikro (micro surgery).

2.3  Asuhan Kespro dan KB dalam Manajemen Kebidanan
      Pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana memiliki tujuan untuk mencapai keluarga yang sejahtera.  Kesejahteraan keluarga menurut Requena (ahli demografi Chili) yaitu :
1.      Dalam keluarga telah dicapai keseimbangan antara sosial-ekonomi dan jumlah serta susunan keluarga.
2.      Pertumbuhan keluarga stabil, artinya bila hamil telah diperhitungkan dengan baik, kesehatan psikologis dan fisik dalam keadaan optimal.
3.      Penerimaan terhadap program KB sudah menjadi bagian integral keluarga.
4.      Kalau perlu melakukan gugu-kandungan.
5.      Penghargaan terhadap wanita sudah mantap dan baik.

Dalam pembukaan UUD 1945 tercantum empat tujuan pembangunan bangsa, yaitu :
1.      Mewujudkan kesejahteraan umum.
2.      Mencerdaskan kehidupan bangsa.
3.      Ikut serta dalam perdamaian dunia berdasarkan kemerdekaan.
4.      Meningkatkan keadilan sosial.

     Sekalipun demikian, pembangunan dalam bidang kesehatan sudah cukup berhasil dengan criteria kematian ibu 300/100.000 dan kematian perinatal 360/100.000 persalinan hidup.  Angka ini merupakan tolok ukur pemerintah dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakatnya, sedangkan tingkat kesejahteraannya diukur dari penerimaan program keluarga berencana.  Bila mengikuti grafik demografi Requena (1966), ahli demografi Chili, tingkat kesejahteraan bangsa Indonesia belum memadai.  Dalam kurun waktu 60 tahun,  sudah banyak upaya pembangunan yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.  Pembangunan itu belum dapat dicapai secara maksimal karena kendala yang telah dikemukakan.  Pembangunan untuk menignkatkan kesehatan dan kesejahteraan diantaranya sebagai berikut.
1.      Pelaksanaan keluarga berencana.
2.      Pembangunan mata rantai pelayanan kesehatan.
3.      Pembangunan kesehatan masyarakat desa.
4.      Pembangunan sistem kesehatan nasional.
5.      Tanggapan pemerintah terhadap  safe motherhood initiatives.
6.      Gagasan untuk mewujudkan kesejahteraan itu.

      Kumpulan keluarga berencana Indonesia (PKBI) pada tahun 1957 baru dapat melaksanakan aktifitas setelah pemerintah melakukan penandatanganan “Hak-Hak Asasi Manusia” PBB 1967.  Bersama dengan pemerintah, PKBI membentuk lembaga keluarga berencana nasional tahun 1969.  Lembaga keluarga berencana nasional, dianggap kurang berfungsi sehingga dibentuk Badan Koordinator Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang langsung berada dibawah naungan presiden.
      Pengawasan dibawah presiden langsung sangat menjamin efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program keluarga berencana.  Pada Pelita I saja, telah mampu  menurunkan kepemilikkan anak dari rata-rata 5,8 orang menjadi 3,8 pada setiap keluarga.  Pelaksanaan keluarga berencana dikaitkan dengan upaya meningkatkan kesehatan keluarga, sehingga dapat diterima oleh semua pihak termasuk pemuka agama.
      Pendidikan masyarakat memegang peran penting yang meliputi pentingnya arti pengawasan hamil, mengajarkan tentang makanan yang berpedoman pada “empat sehat dan lima sempurna”, pentingnya arti imunisasi tetanus toksoid ibu hamil, pentingnya arti pelaksanaan keluarga berencana, mengarahkan tempat persalinan dilakukan untuk mendapatkan well born baby, pengawasan pascapartum dan persiapan untuk merawar bayi dan menyusui, pentingnya memberi ASI selama dua tahun dan rawat gabung.  Pendidikan kesehatan ini dapat dilakukan pada waktu :
1.   Pengawasan hamil dipuskesmas atau pondok bersalina desa dan taktik bidan swasta.
2.   Saat menyelenggarakan posyandu.
3.   Melalui pertemuan berkala atau kursus pada PKK (Pendidikan Kesejahteraan Keluarga).
4.   Pada saat memberi penyuluhan khusus.
5.   Pada saat melakukan kunjungan rumah.

      Tujuan pendidikan kesehatan masyarakat ini meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, mengarahkan masyarakat memilih tenaga kesehatan terlatih, meningkatkan pengertian masyarakat tentang imunisasi, keluarga berencana dan gizi sehingga mengurangi ibu hamil dengan anemia. 
      Pembangunan ekonomi diselenggarakan pemerintah bersama masyarakat, diikuti dengan program dan gerakkan keluarga berencana, sehingga diharapkan kesejahteraan makin cepat tercapai.  Pembangunan bangsa Indonesia berorientasi pada “Pembangunan Keluarga” yang pada gilirannya “Meningkatkan Sumber Daya Manusia”.  Dalam pelaksanaan gerakkan keluarga berencana dapat mengambil bagian penting :
1.      Memberi KIE dan motivasi.
a. Mengapa mengikuti gerakkan KB?
b. Kapan waktu yang tepat untuk berKB?
c. Metode apa yang dipakai sesuai dengan waktu : pasca-partum atau pasca-abortus, interval, pada remaja, atau wanita diatas 35 tahun.
d.Dimana dapat menerima pelayanan KB?

2.      Memberi pelayanan dan pemeriksaan peserta KB.  Keberadaan bidan ditengah masyarakat dapat memberi pelayanan KB dalam bentuk sebagai berikut.
a. Metode sederhana (kondom).
b. Metode hormonal (pil, suntikan, susuk).
c. Metode mekanis (pemasangan IUD).
d.Melakukan pengawasan peserta.
e. Merujuk klien yang menginginkan kontap ke Puskesmas atau RSU.












DAFTAR PUSTAKA


Ayu, Ida Chandranita Manuaba. MEMAHAMI KESEHATAN REPRODUKSI WANITA. 2009.  Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Everret, Suzame. BUKU SAKU KONTRASEPSI KESEHATAN SEKSUAL REPRODUKTIF. 2007. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

http://nikendamayanti.tumblr.com/post/51276866237. Damayanti, Niken. DEFINISI SEX, SEKSUALITAS, DAN GENDER. Mei 2013. Diakses pada tanggal 5 Maret 2015.

http://id.m.wikipedia.org/wiki/keluarga_berencana. Juni 2014. KELUARGA BERENCANA. Kenrict 95 bot. Diakses pada tanggal 5 Maret 2015.

http://kondom-sutra.com/manfaat-program-kb-keluarga-berencana/. Kondom sutra. MANFAAT PROGRAM KB-KELUARGA BERENCANA. Diakses pada tanggal 9 Maret 2015.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21977/3/Chapter%2011.pdf. TINJAUAN PUSTAKA KELUARGA BERENCANA. Universitas Sumatera Utara. 2011. Diakses pada tanggal 9 Maret 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar