Sabtu, 09 Januari 2016

ASUHAN PADA NEONATUS DAN BAYI DENGAN MASALAH SERTA PERMASALAHANNYA “MUNTAH DAN GUMOH”



ASUHAN PADA NEONATUS DAN BAYI DENGAN MASALAH SERTA PERMASALAHANNYA
“MUNTAH DAN GUMOH”














DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :
1.     AMELIA PARASWATI                 (13244003)
2.     FITRI HARYANI                            (13244018)
3.     SRI AGUSTINA                              (13244032)



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN TANJUNG KARANG
TAHUN 2013/2014





KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas limpahan berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Pembuatan makalah ini dalam rangka untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ASUHAN NEONATUS BAYI DAN ANAK BALITA.
Penulisan makalah ini dapat terlaksana berkat adanya dukungan dan bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan dalam pembuatan makalah ini.
Semoga segala amal kebaikan yang telah diberikan tersebut mendapat imbalan dari Allah Yang Maha Esa.
Penulisan menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.










                                                 Bandar Lampung,  23 Oktober2014
                                                                                                                                               





                                                                                                                  Penulis









DAFTAR ISI

COVER                                                                                                   i
KATA PENGANTAR                                                                           ii
DAFTAR ISI                                                                                          iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang                                                                                   1
1.2  Tujuan                                                                                                 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Muntah                                                                                              2
2.1.1 Pengertian                                                                                 2
2.1.2 Etiologi                                                                                     2
2.1.3 Patofisiologi                                                                              2
2.1.4 Tanda dan Gejala                                                                      3
2.1.5 Pencegahan                                                                               3
2.1.6 Penatalaksanaan                                                                        3
2.1.7 Asuhan Bidan                                                                           4
2.2 Gumoh                                                                                               4
2.2.1 Pengertian                                                                                 4
2.2.2 Etiologi                                                                                     4
2.2.3 Patofisiologi                                                                              5
2.2.4 Tanda dan Gejala                                                                      5
2.2.5 Pencegahan                                                                               5
2.2.6 Penatalaksanaan                                                                        6
2.2.7 Asuhan Bidan                                                                           6
2.3 Perbedaan Muntah dan Gumoh                                                     6























BAB I
PENDAHULUAN
1.1            Latar Belakang

      Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal merupakan periode yang paling kritis. Maka dari itu diperlukan pemantauan pada bayi baru lahir. Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.
Dengan pemantauan neonatal dan bayi, kita dapat segera mengetahui masalah-masalah yang terjadi pada bayi sedini mungkin. Contoh masalah pada bayi yang sering kita temui yaitu muntah dan gumoh. Jika salah satu dari masalah tersebut tidak segera diatasi maka bisa menyebabkan masalah atau komplikasi lainnya. Namun, tak semua masalah tersebut harus mendapat penanganan khusus karena bisa membuat dampak negative pada pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ada masalah yang seharusnya dibiarkan saja karena masalah tersebut bisa menghilang dengan sendirinya.
Oleh karena dalam makalah ini akan membahas muntah dan gumoh, serta penanganan yang sesuai agar tidak menimbulkan dampak lainnya. Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang masalah pada bayi.

1.2            Tujuan
1.2.1        Untuk mengetahui pengertian dari muntah dan gumoh pada bayi.
1.2.2        Untuk mengetahui penyebab dari muntah dan gumoh pada bayi.
1.2.3        Untuk mengetahui perbedaan muntah dan gumoh pada bayi.
1.2.4        Untuk mengetahui tanda dan gejala dari muntah dan gumoh pada bayi.
1.2.5        Untuk mengetahui cara menangani, muntah dan gumoh pada bayi.









BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Muntah
2.1.1 pengertian
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan abdomen (Markum : 1991).
Muntah merupakan keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke dalam lambung (Depkes R.I, 1994).
Pada masa bayi, terutama masa neonatal, muntah jarang terjadi. Oleh karena itu, bila terjadi muntah maka harus segera dilakukan observasi terhadap kemungkinan adanya gangguan.Muntah harus dibedakan dengan regurgitasi..
Pada regurgitasi, pengeluaran susu terjadi setelah minum susu. Hal ini dapat disebabkan karena kebanyakan minum atau kegagalan untuk mengeluarkan udara yang tertelan. Muntah merupakan aksi refleks yang dikoordinasi medulla oblongata, sehingga isi lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut.
2.1.2 Etiologi
a. Kelainan kongenital saluran pencernaan, iritasi lambung, atresia esofagus, atresia/stenosis, hirschsprung, tekanan intrakranial yang tinggi, cara memberi makan atau minum yang salah, dan lain-lain.
b. Pada masa neonatus semakin banyak misalnya factor infeksi (infeksi traktus urinarius, hepatitis, peritonitis, dll).
c. Gangguan psikologis, seperti keadaan tertekan atau cemas terutama pada anak yang lebih besar.
2.1.3 Patofisiologi
Muntah merupakan respon refleks simpatis terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan berbagai aktifitas otot perut dan pernafasan.
Proses muntah dibagi 3 fase berbeda, yaitu :
a.       Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat rangsangan pada organ dan labirin dan emosi dan tidak selalu diikuti oleh retching atau muntah.
b.      Retching (muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spasmodic dengan glottis tertutup, bersamaan dengan adanya inspirasi dari otot dada dan diafragma sehingga menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.
c.       Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya dan ditandai dengan kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunannya diafragma disertai dengan penekanan mekanisme antirefluks. Pada fase ini, pylorus dan antrum berkontraksi, fundus dan esofagus berelaksasi dan mulut terbuka.

2.1.4 Tanda dan Gejala
Ada beberapa gangguan yang dapat diidentifikasi akibat muntah, yaitu :
a.       Muntah terjadi beberapa jam setelah keluarnya lendir yang kadang disertai dengan sedikit darah. Kemungkinan ini terjadi karena iritasi akibat sejumlah bahan yang tertelan selama proses kelahiran. Muntah kadang menetap setelah pemberian makanan pertama kali.
b.      Muntah yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran, dalam jumlah banyak, tidak secara proyektif, tidak berwarna hijau, dan cenderung menetap biasanya terjadi sebagai akibat dari obstruksi usus halus.
c.       Muntah yang terjadi secara proyektil dan tidak berwarna kehijauan merupakan tanda adanya stenosis pylorus.
d.      Peningkatan tekanan intrakranial dan alergi susu.
e.       Muntah yang terjadi pada anak yang tampak sehat. Karena tehnik pemberian makanan yang salah atau pada faktor psikososial.

2.1.5 Pencegahan
a. Perlambat pemberian susu. Bila diberi susu formula, beri sedikit saja dengan frekuensi agak sering.
b. Sendawakan bayi selama dan setelah pemberian susu. Bila bayi diberi ASI, sendawakan setiap kali akan berpindah ke payudara lainnya.
c. Susui bayi dalam posisi tegak lurus, dan bayi tetap tegak lurus selama 20-30 menit setelah disusui.
d. Jangan didekap atau diayun-ayun sedikitnya setengah jam setelah menyusu.
e. Jika diberi susu botol, pastikan lubang dot tidak terlalu kecil atau terlalu besar.

2.1.6 penatalaksanaan
a. Cepat miringkan tubuhnya, atau diangkat ke belakang seperti disendawakan atau ditengkurapkan agar muntahannya tak masuk ke saluran napas yang dapat menyumbat dan berakibat fatal.
b. Jika muntahnya keluar lewat hidung, orang tua tidak perlu khawatir. Bersihkan saja segera bekas muntahnya. Justru yang bahaya bila dari hidung masuk lagi terisap ke saluran napas. Karena bisa masuk ke paru-paru dan menyumbat jalan napas. Jika ada muntah masuk ke paru-paru tak bisa dilakukan tindakan apa-apa, kecuali membawanya segera ke dokter untuk ditangani lebih lanjut.


2.1.7 Asuhan Bidan
Muntah yang tidak disertai dengan gangguan fisiologis tidak memerlukan penanganan khusus. Meskipun demikian diperlukan tindakan sebagai berikut :
a.       Ciptakan suasana tenang dan menyenangkan pada saat makan. Hindari anak makan sambil berbaring atau tergesa-gesa, agar saluran cerna mempunyai kesempatan yang cukuip untuk mencerna makanan yang masuk.
b.      Ajarkan pola makan yang benar dan hindari makanan yang merangsang serta menimbulkan alergi. Pemberian makanan juga harus disesuaikan dengan usia dan kebutuhan anak, dengan memperhatikan menu gizi seimbang, yaitu makan yang bervariasi dan mengandung unsur karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Protein dari susu sapi, telor, kacang-kacangan dan ikan laut kadang-kadang menyebabkan alergi. Untuk itu orang tua harus hati-hati dan bila perlu diganti dengan bahan makanan lain.
c.       Ciptakan hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak. Orang tua yang mengabaikan kehadiran anak menciptakan situasi yang menegangkan. Situasi tersebut merupakan situasi yang tidak menyenangkan anak dan dapat berdampak pada fisik anak. Oleh karena itu, kasih sayang yang mencukupi dan bimbingan yang bijaksana dari orang tua merupakan hal yang sangat diperlukan.
d.      Lakukan kolaborasi. Apabila muntah disertai dengan gangguan fisiologis, seperti warna muntah yang kehijauan, muntah secara proyektil, atau gangguan lainnya, segeralah bawa anak ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan penanganan secepatnya. Selain itu, pemeriksaan penunjang juga sangat diperlukan.
2.2 Gumoh
2.1.1 pengertian
Regurgitasi adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan melalui mulut dan tanpa paksaan, beberapa saat setelah minum susu (Depkes R.I, 1999).
Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan ketika beberapa saat setelah minum susu botol/ menyusui dan dalam jumlah sedikit. (Depkes R.I, 1994).
Regurgitasi merupakan keadaan normal yang sering terjadi pada bayi dengan usia dibawah 6 bulan. Seiring dengan bertambahnya usia, yaitu sampai usia diatas 6 bulan, maka regurgitas semakin jarang dialami oleh anak.
2.1.2        Etiologi
a.       Posisi saat menyusui yang tidak tepat
b.      Anak sudah kenyang tetapi tetap diberi minum karena orang tuanya khawatir anaknya kekurangan makan
c.       Posisi botol
d.      Terburu-buru/tergesa-gesa
e.       Dan lain-lain

Bayi Gumoh (Jawa) biasanya hanya untuk membersihkan sisa susu dari mulutnya. Gumoh menjadi abnormal bila jumlahnya banyak dan pertambahan berat badan tidak mencukupi.
2.1.3 Patofisiologi
Biasanya bayi mengalami gumoh setelah diberi makan. Selain karena pemakaian gurita dan posisi saat menyusui, juga karena ia ditidurkan telentang setelah diberi makan.
Cairan yang masuk di tubuh bayi akan mencari posisi yang paling rendah. Bila ada makanan yang masuk ke Esofagus atau saluran sebelum ke lambung, maka ada refleks yang bisa menyebabkan bayi gumoh. Lambung yang penuh juga bisa membuat bayi gumoh.Ini terjadi karena makanan yang terdahulu belum sampai ke usus, sudah diisi makanan lagi.
Akibatnya bayi tidak hanya mengalami gumoh tapi juga bisa muntah. Lambung bayi punya kapasitasnya sendiri. Misalnya bayi umur sebulan, ada yang sehari bisa minum 100 cc, tapi ada juga yang 120 cc.
2.1.4 Tanda dan Gejala
a. Mengeluarkan kembali susu saat diberikan minum.
b. Gumoh yang normal terjadi kurang dari empat kali sehari.
c. Tidak sampai mengganggu pertumbuhan berat badan bayi.
d. Bayi tidak menolak minum.
2.1.5 Pencegahan
a. Perbaiki teknik menyusui. Cara menyusui yang benar adalah mulut bayi menempel pada sebagian areola dan dagu payudara ibu.
b. Berikan ASI saja sampai 6 bulan (ASI eksklusif). Pemberian makanan tambahan dibawah 6 bulan memperbesar resiko alergi, diare, obesitas serta mulut dan lidah bayi masih dirancang untuk menghisap, bukan menelan makanan.
c. Beri bayi ASI sedikit-sedikit tetapi sering (minimal 2 jam sekali), jangan langsung banyak.
d. Jangan memakaikan gurita tertalu ketat.
e. Posisikan bayi tegak beberapa lama (15-30 menit) setelah menyusu
f. Tinggikan posisi kepala dan dada bayi saat tidur.
g. Jangan mengajak bayi banyak bergerak sesaat setelah menyusu.
h. Jika gumoh di sebabkan oleh kelainan atau cacat bawaan segera bawa ke petugas medis agar mendapat penanganan yang tepat sedini mungkin.
i. Apabila menggunakan botol, perbaiki cara minumnya. Posisi botol susu diatur sedemikian rupa sehingga susu menutupi seluruh permukaan botol dan dot harus masuk seluruhnya ke dalam mulut bayi.
j. Sendawakan bayi sesaat setelah minum. Bayi yang selesai minum jangan langsung ditidurkan, tetapi perlu disendawakan dahulu terlebih dahulu. Sendawa dapat dilakukan dengan cara:
1. Bayi digendong agak tinggi (posisi berdiri) dengan kepala bersandar dipundak ibu. Kemudian, punggung bayi ditepuk perlahan-lahan sampai terdengar suara bersendawa.
2. Menelungkupkan bayi di pangkuan ibu, lalu usap/tepuk punggung bayi sampai terdengar suara bersendawa.

2.1.6 penatalaksanaan
a. Bersikaplah tenang.
b. Segera miringkan badan bayi agar cairan tidak masuk ke paru-paru (jangan mengangkat bayi yang sedang gumoh, karena beresiko cairan masuk ke paru-paru).
c. Bersihkan segera sisa gumoh dengan tissue atau lap basah hingga bersih, pastikan lipatan leher bersih agar tidak menjadi sarang kuman dan jamur.
d. Jika gumoh keluar lewat hidung, cukup bersihkan dengan cotton bud, jangan menyedot dengan mulut karena akan menyakiti bayi dan rentan menularkan virus.
e. Tunggu beberapa saat jika ingin memberi ASI lagi
2.1.7 Asuhan Bidan
a. Memberitahukan bahwa gumoh adalah hal yang harus mendapat perawatan yang baik.
b. Menginformasikan pada ibu bahwa gumoh disebabkan posisi saat menyusui yang tidak tepat atau posisi botol yang salah
c. Memberitahu ibu untuk memperbaiki cara minumnya, posisi saat memberikan susu dari botol dan sendawakan bayi sesaat setelah minum ASI.

2.3 Perbedaan Muntah dan Gumoh
Muntah harus dibedakan dengan regurgitasi. Pada regurgitasi, pengeluaran susu terjadi setelah minum susu. Hal ini dapat disebabkan karena kebanyakan minum atau kegagalan untuk mengeluarkan udara yang tertelan. Muntah merupakan aksi refleks yang dikoordinasi medulla oblongata, sehingga isi lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut.






Ciri-ciri
Gumoh
Muntah
Volume cairan/makanan yang dimuntahkan
Sedikit (kuranglebih 10 cc). Berupa ASI yang sudhaditelanbayi.
Banyak (lebihdari 10 cc) ataususu formula danmakanan (padabayiberusia di atas 6 bulan).
Cara keluar
Mengalirbiasadarimulut. Tidakdisertaikontraksiototperut.
·         Menyembur (sepertidisemprotkandaridalamperut). Disertaikontraksiototperut.
·         Kadangkalajugakeluarmelaluilubanghidung.
Umurbayi
Kebanyakanterjadipadabayiberumurbeberapaminggu 2-4 bulanatau 6 bulan, danakanhilangdengansendirinya.
Tidakterjadipadabayibarulahir. Tapibisaterjadipadabayiberumur 2 bulan, dandapatberlangsungsepanjangusia.
Arti
Proses alamidanwajaruntukmengeluarkanudara yang tertelanbayisaatminum ASI.
Bisamenjaditandaadanyagangguankesehatanatauganggaunfungsi pad aorganpencernaanbayi.
Penyebab
·         Bayiterlalubanyakminum ASI.
·         Saatbayiminumataumakanadaudara yang ikuttertelan.
·         Bayigagalmenelan, karenaotot-ototpenghubungmulutdankerongkonganbelummatang. Inibanyakterjadipadabayi premature.
·         Ada kelainanpadasistempencernaanbayi, mislanyakelainankatuppemisahlambungdanusus 12 jari. Cairanmuntahbiasanyaberwarnahijau.
·         Ada infeksiatauluka, misalnyainfeksitenggorokan, yang kadang-kadangdpaatmemicubayimuntah. cairanmuntahbiasanyadisertaibercakdarah.
Cara mengatasi
Disendawakansetelahbayimenyusu.
Ditanganidoktersesuaipenyebabnya.








BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Muntah adalah keluarnya sebagain besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah makanan masuk lambung agak lama, disertai kontraksi isi lambung dan abdomen. Dalam beberapa jam pertama setelah lahir, bayi mungkin mengalami muntah lendir bahkan kadang disertai dengan darah.
Gumoh dan muntah sering kali terjadi hampir setiap pada bayi. Gumoh berbeda dengan muntah. Keduanya merupakan hal biasa (normal) dan tidak menandakan suatu hal yang serius yang terjadi pada bayi Anda. Hanya sebagian kecil kasus muntah bayi (muntah patologis) yang menjadi indikasi gangguan serius.
Baik gumoh dan muntah pada bayi merupakan pengeluaran isi lambung.
 Bedanya gumoh terjadi seperti ilustrasi air yang mengalir ke bawah, bisa sedikit (seperti meludah) atau cukup banyak. Bersifat pasif dan spontan. Sedangkan muntah lebih cenderung dalam jumlah banyak dan dengan kekuatan dan atau tanpa kontraksi lambung. Sekitar 70 % bayi berumur di bawah 4 bulan mengalami gumoh minimal 1 kali setiap
harinya, dan kejadian tersebut menurun sesuai dengan bertambahnya usia hingga 8-10 % pada umur 9-12 bulan dan 5 % pada umur 18 bulan. Meskipun normal, gumoh yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi.

3.2 Saran
1. Hindari memberikan ASI/susu saat bayi berbaring. Jaga agar bayi tetap dalam posisi tegak    sekitar 30 menit setelah menyusu.
2. Hindari meletakkan bayi di kursi bayi karena akan meningkatkan tekanan pada perut.
3. Hindari merangsang aktivitas yang berlebihan setelah bayi menyusu.
4. Kontrol jumlah ASI/susu yang diberikan.misal Berikan ASI /susu dengan jumlah sedikit tapi sering.
5. Sendawakan bayi segera setelah menyusu. Bahkan bayi terkadang masih membutuhkan bersendawa di antara 2 waktu menysusu










DAFTAR PUSTAKA

Dewi, vivian nanny lia.2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.Jakarta: Salemba Medika
http://bidanpurnama.wordpress.com/2011/01/08/muntah-pada-bayi-dan-anak/
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/19/bayi-anda-gumoh-atau-muntah/
http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Anak/Masalah-masalah-Kesehatan-Si-Kecil
http://rinimustikasari.blogspot.com/2009/11/muntah-pada-bayi-dan-anak.html
http://vitarestiani.blogspot.com/2013/11/muntah-gumoh.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar