ASUHAN PADA NEONATUS DAN BAYI
DENGAN MASALAH SERTA PERMASALAHANNYA
“MUNTAH DAN GUMOH”
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3 :
1.
AMELIA PARASWATI (13244003)
2.
FITRI HARYANI (13244018)
3.
SRI AGUSTINA (13244032)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN TANJUNG
KARANG
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
TANJUNG KARANG
TAHUN 2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas limpahan berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Pembuatan
makalah ini dalam rangka untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ASUHAN
NEONATUS BAYI DAN ANAK BALITA.
Penulisan makalah ini dapat terlaksana berkat adanya
dukungan dan bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terimakasih kepada pihak yang telah membantu dan memberikan
dorongan dalam pembuatan makalah ini.
Semoga segala amal kebaikan yang telah diberikan
tersebut mendapat imbalan dari Allah Yang Maha Esa.
Penulisan menyadari dalam penulisan makalah ini masih
terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Bandar
Lampung, 23 Oktober2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ii
DAFTAR
ISI iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang 1
1.2 Tujuan
1
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Muntah 2
2.1.1
Pengertian 2
2.1.2
Etiologi 2
2.1.3
Patofisiologi 2
2.1.4
Tanda dan Gejala 3
2.1.5
Pencegahan 3
2.1.6
Penatalaksanaan 3
2.1.7
Asuhan Bidan 4
2.2 Gumoh 4
2.2.1
Pengertian 4
2.2.2
Etiologi 4
2.2.3
Patofisiologi 5
2.2.4
Tanda dan Gejala 5
2.2.5
Pencegahan 5
2.2.6
Penatalaksanaan 6
2.2.7
Asuhan Bidan 6
2.3 Perbedaan Muntah dan Gumoh 6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ditinjau
dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal merupakan periode yang
paling kritis. Maka dari itu diperlukan pemantauan pada bayi baru lahir. Tujuan
pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau
tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan
perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas
kesehatan.
Dengan pemantauan neonatal dan bayi,
kita dapat segera mengetahui masalah-masalah yang terjadi pada bayi sedini
mungkin. Contoh masalah pada bayi yang sering kita temui yaitu muntah dan
gumoh. Jika salah satu dari masalah tersebut tidak segera diatasi maka bisa
menyebabkan masalah atau komplikasi lainnya. Namun, tak semua masalah tersebut
harus mendapat penanganan khusus karena bisa membuat dampak negative pada
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ada masalah yang seharusnya dibiarkan saja
karena masalah tersebut bisa menghilang dengan sendirinya.
Oleh karena dalam makalah ini akan
membahas muntah dan gumoh, serta penanganan yang sesuai agar tidak menimbulkan
dampak lainnya. Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang
masalah pada bayi.
1.2
Tujuan
1.2.1
Untuk mengetahui pengertian dari muntah dan gumoh pada
bayi.
1.2.2
Untuk mengetahui penyebab dari muntah dan gumoh pada
bayi.
1.2.3
Untuk mengetahui perbedaan muntah dan gumoh pada bayi.
1.2.4
Untuk mengetahui tanda dan gejala dari muntah dan
gumoh pada bayi.
1.2.5
Untuk mengetahui cara menangani, muntah dan gumoh pada
bayi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Muntah
2.1.1 pengertian
Muntah adalah keluarnya kembali
sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi secara paksa melalui
mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan abdomen (Markum : 1991).
Muntah merupakan keluarnya kembali sebagian
besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke
dalam lambung (Depkes R.I, 1994).
Pada masa bayi, terutama masa
neonatal, muntah jarang terjadi. Oleh karena itu, bila terjadi muntah maka
harus segera dilakukan observasi terhadap kemungkinan adanya gangguan.Muntah
harus dibedakan dengan regurgitasi..
Pada regurgitasi, pengeluaran susu
terjadi setelah minum susu. Hal ini dapat disebabkan karena kebanyakan minum
atau kegagalan untuk mengeluarkan udara yang tertelan. Muntah merupakan aksi
refleks yang dikoordinasi medulla oblongata, sehingga isi lambung dikeluarkan
dengan paksa melalui mulut.
2.1.2 Etiologi
a. Kelainan
kongenital saluran pencernaan, iritasi lambung, atresia esofagus,
atresia/stenosis, hirschsprung, tekanan intrakranial yang tinggi, cara memberi
makan atau minum yang salah, dan lain-lain.
b. Pada masa neonatus semakin banyak
misalnya factor infeksi (infeksi traktus urinarius, hepatitis, peritonitis,
dll).
c. Gangguan psikologis, seperti
keadaan tertekan atau cemas terutama pada anak yang lebih besar.
2.1.3 Patofisiologi
Muntah merupakan respon refleks
simpatis terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan berbagai aktifitas otot
perut dan pernafasan.
Proses muntah dibagi 3 fase berbeda,
yaitu :
a. Nausea (mual) merupakan sensasi
psikis yang dapat ditimbulkan akibat rangsangan pada organ dan labirin dan
emosi dan tidak selalu diikuti oleh retching atau muntah.
b. Retching (muntah) merupakan fase
dimana terjadi gerak nafas spasmodic dengan glottis tertutup, bersamaan dengan
adanya inspirasi dari otot dada dan diafragma sehingga menimbulkan tekanan
intratoraks yang negatif.
c. Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase
retching mencapai puncaknya dan ditandai dengan kontraksi kuat otot perut,
diikuti dengan bertambah turunannya diafragma disertai dengan penekanan
mekanisme antirefluks. Pada fase ini, pylorus dan antrum berkontraksi, fundus
dan esofagus berelaksasi dan mulut terbuka.
2.1.4 Tanda dan Gejala
Ada beberapa gangguan yang dapat diidentifikasi akibat
muntah, yaitu :
a.
Muntah
terjadi beberapa jam setelah keluarnya lendir yang kadang disertai dengan
sedikit darah. Kemungkinan ini terjadi karena iritasi akibat sejumlah bahan
yang tertelan selama proses kelahiran. Muntah kadang menetap setelah pemberian
makanan pertama kali.
b.
Muntah
yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran, dalam jumlah banyak, tidak
secara proyektif, tidak berwarna hijau, dan cenderung menetap biasanya terjadi
sebagai akibat dari obstruksi usus halus.
c.
Muntah
yang terjadi secara proyektil dan tidak berwarna kehijauan merupakan tanda
adanya stenosis pylorus.
d.
Peningkatan
tekanan intrakranial dan alergi susu.
e.
Muntah
yang terjadi pada anak yang tampak sehat. Karena tehnik pemberian makanan yang
salah atau pada faktor psikososial.
2.1.5 Pencegahan
a.
Perlambat pemberian susu. Bila diberi susu formula, beri sedikit saja dengan frekuensi
agak sering.
b.
Sendawakan bayi selama dan setelah pemberian susu. Bila bayi diberi ASI, sendawakan
setiap kali akan berpindah ke payudara lainnya.
c.
Susui bayi dalam posisi tegak lurus, dan bayi tetap tegak lurus selama 20-30
menit setelah disusui.
d.
Jangan didekap atau diayun-ayun sedikitnya setengah jam setelah menyusu.
e.
Jika diberi susu botol, pastikan lubang dot tidak terlalu kecil atau terlalu
besar.
2.1.6 penatalaksanaan
a.
Cepat miringkan tubuhnya, atau diangkat ke belakang seperti disendawakan atau
ditengkurapkan agar muntahannya tak masuk ke saluran napas yang dapat menyumbat
dan berakibat fatal.
b.
Jika muntahnya keluar lewat hidung, orang tua tidak perlu khawatir. Bersihkan
saja segera bekas muntahnya. Justru yang bahaya bila dari hidung masuk lagi
terisap ke saluran napas. Karena bisa masuk ke paru-paru dan menyumbat jalan
napas. Jika ada muntah masuk ke paru-paru tak bisa dilakukan tindakan apa-apa,
kecuali membawanya segera ke dokter untuk ditangani lebih lanjut.
2.1.7 Asuhan Bidan
Muntah yang tidak disertai dengan
gangguan fisiologis tidak memerlukan penanganan khusus. Meskipun demikian
diperlukan tindakan sebagai berikut :
a. Ciptakan suasana tenang dan
menyenangkan pada saat makan. Hindari anak makan sambil berbaring atau
tergesa-gesa, agar saluran cerna mempunyai kesempatan yang cukuip untuk
mencerna makanan yang masuk.
b. Ajarkan pola makan yang benar dan
hindari makanan yang merangsang serta menimbulkan alergi. Pemberian makanan
juga harus disesuaikan dengan usia dan kebutuhan anak, dengan memperhatikan
menu gizi seimbang, yaitu makan yang bervariasi dan mengandung unsur
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Protein dari susu sapi, telor,
kacang-kacangan dan ikan laut kadang-kadang menyebabkan alergi. Untuk itu orang
tua harus hati-hati dan bila perlu diganti dengan bahan makanan lain.
c. Ciptakan hubungan yang harmonis
antara orang tua dan anak. Orang tua yang mengabaikan kehadiran anak menciptakan
situasi yang menegangkan. Situasi tersebut merupakan situasi yang tidak
menyenangkan anak dan dapat berdampak pada fisik anak. Oleh karena itu, kasih
sayang yang mencukupi dan bimbingan yang bijaksana dari orang tua merupakan hal
yang sangat diperlukan.
d.
Lakukan
kolaborasi. Apabila muntah disertai dengan gangguan fisiologis, seperti warna
muntah yang kehijauan, muntah secara proyektil, atau gangguan lainnya,
segeralah bawa anak ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan penanganan
secepatnya. Selain itu, pemeriksaan penunjang juga sangat diperlukan.
2.2 Gumoh
2.1.1 pengertian
Regurgitasi adalah keluarnya kembali
sebagian susu yang telah ditelan melalui mulut dan tanpa paksaan, beberapa saat
setelah minum susu (Depkes R.I, 1999).
Gumoh adalah keluarnya kembali
sebagian susu yang telah ditelan ketika beberapa saat setelah minum susu botol/
menyusui dan dalam jumlah sedikit. (Depkes R.I, 1994).
Regurgitasi merupakan keadaan normal
yang sering terjadi pada bayi dengan usia dibawah 6 bulan. Seiring dengan bertambahnya
usia, yaitu sampai usia diatas 6 bulan, maka regurgitas semakin jarang dialami
oleh anak.
2.1.2
Etiologi
a. Posisi saat menyusui yang tidak
tepat
b. Anak sudah kenyang tetapi tetap
diberi minum karena orang tuanya khawatir anaknya kekurangan makan
c. Posisi botol
d. Terburu-buru/tergesa-gesa
e. Dan lain-lain
Bayi Gumoh
(Jawa) biasanya hanya untuk membersihkan sisa susu dari mulutnya. Gumoh menjadi
abnormal bila jumlahnya banyak dan pertambahan berat badan tidak mencukupi.
2.1.3 Patofisiologi
Biasanya bayi mengalami gumoh setelah diberi makan. Selain
karena pemakaian gurita dan posisi saat menyusui, juga karena ia ditidurkan
telentang setelah diberi makan.
Cairan yang masuk di tubuh bayi akan mencari posisi yang
paling rendah. Bila ada makanan yang masuk ke Esofagus atau saluran sebelum ke
lambung, maka ada refleks yang bisa menyebabkan bayi gumoh. Lambung yang penuh
juga bisa membuat bayi gumoh.Ini terjadi karena makanan yang terdahulu belum
sampai ke usus, sudah diisi makanan lagi.
Akibatnya bayi tidak hanya mengalami gumoh tapi juga bisa
muntah. Lambung bayi punya kapasitasnya sendiri. Misalnya bayi umur sebulan,
ada yang sehari bisa minum 100 cc, tapi ada juga yang 120 cc.
2.1.4 Tanda dan Gejala
a.
Mengeluarkan kembali susu saat
diberikan minum.
b.
Gumoh yang normal terjadi kurang
dari empat kali sehari.
c.
Tidak sampai mengganggu pertumbuhan
berat badan bayi.
d.
Bayi tidak menolak minum.
2.1.5 Pencegahan
a.
Perbaiki teknik menyusui. Cara menyusui yang benar adalah mulut bayi menempel
pada sebagian areola dan dagu payudara ibu.
b.
Berikan ASI saja sampai 6 bulan (ASI eksklusif). Pemberian makanan tambahan
dibawah 6 bulan memperbesar resiko alergi, diare, obesitas serta mulut dan
lidah bayi masih dirancang untuk menghisap, bukan menelan makanan.
c.
Beri bayi ASI sedikit-sedikit tetapi sering (minimal 2 jam sekali), jangan
langsung banyak.
d.
Jangan memakaikan gurita tertalu ketat.
e.
Posisikan bayi tegak beberapa lama (15-30 menit) setelah menyusu
f.
Tinggikan posisi kepala dan dada bayi saat tidur.
g.
Jangan mengajak bayi banyak bergerak sesaat setelah menyusu.
h.
Jika gumoh di sebabkan oleh kelainan atau cacat bawaan segera bawa ke petugas
medis agar mendapat penanganan yang tepat sedini mungkin.
i.
Apabila menggunakan botol, perbaiki cara minumnya. Posisi botol susu diatur
sedemikian rupa sehingga susu menutupi seluruh permukaan botol dan dot harus
masuk seluruhnya ke dalam mulut bayi.
j.
Sendawakan bayi sesaat setelah minum. Bayi yang selesai minum jangan langsung
ditidurkan, tetapi perlu disendawakan dahulu terlebih dahulu. Sendawa dapat
dilakukan dengan cara:
1.
Bayi digendong agak tinggi (posisi berdiri) dengan kepala bersandar dipundak
ibu. Kemudian, punggung bayi ditepuk perlahan-lahan sampai terdengar suara
bersendawa.
2.
Menelungkupkan bayi di pangkuan ibu, lalu usap/tepuk punggung bayi sampai
terdengar suara bersendawa.
2.1.6 penatalaksanaan
a.
Bersikaplah tenang.
b.
Segera miringkan badan bayi agar cairan tidak masuk ke paru-paru (jangan
mengangkat bayi yang sedang gumoh, karena beresiko cairan masuk ke paru-paru).
c.
Bersihkan segera sisa gumoh dengan tissue atau lap basah hingga bersih,
pastikan lipatan leher bersih agar tidak menjadi sarang kuman dan jamur.
d.
Jika gumoh keluar lewat hidung, cukup bersihkan dengan cotton bud, jangan
menyedot dengan mulut karena akan menyakiti bayi dan rentan menularkan virus.
e.
Tunggu beberapa saat jika ingin memberi ASI lagi
2.1.7 Asuhan Bidan
a.
Memberitahukan bahwa gumoh adalah hal yang harus mendapat perawatan yang baik.
b.
Menginformasikan pada ibu bahwa gumoh disebabkan posisi saat menyusui yang
tidak tepat atau posisi botol yang salah
c.
Memberitahu ibu untuk memperbaiki cara minumnya, posisi saat memberikan susu
dari botol dan sendawakan bayi sesaat setelah minum ASI.
2.3 Perbedaan Muntah dan Gumoh
Muntah harus dibedakan dengan
regurgitasi. Pada regurgitasi, pengeluaran susu terjadi setelah minum susu. Hal
ini dapat disebabkan karena kebanyakan minum atau kegagalan untuk mengeluarkan
udara yang tertelan. Muntah merupakan aksi refleks yang dikoordinasi medulla
oblongata, sehingga isi lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut.
Ciri-ciri
|
Gumoh
|
Muntah
|
Volume
cairan/makanan yang dimuntahkan
|
Sedikit
(kuranglebih 10 cc). Berupa ASI yang sudhaditelanbayi.
|
Banyak
(lebihdari 10 cc) ataususu formula danmakanan (padabayiberusia di atas 6 bulan).
|
Cara keluar
|
Mengalirbiasadarimulut.
Tidakdisertaikontraksiototperut.
|
· Menyembur (sepertidisemprotkandaridalamperut).
Disertaikontraksiototperut.
· Kadangkalajugakeluarmelaluilubanghidung.
|
Umurbayi
|
Kebanyakanterjadipadabayiberumurbeberapaminggu 2-4
bulanatau 6 bulan, danakanhilangdengansendirinya.
|
Tidakterjadipadabayibarulahir. Tapibisaterjadipadabayiberumur 2 bulan,
dandapatberlangsungsepanjangusia.
|
Arti
|
Proses
alamidanwajaruntukmengeluarkanudara yang tertelanbayisaatminum ASI.
|
Bisamenjaditandaadanyagangguankesehatanatauganggaunfungsi pad
aorganpencernaanbayi.
|
Penyebab
|
· Bayiterlalubanyakminum ASI.
· Saatbayiminumataumakanadaudara
yang ikuttertelan.
· Bayigagalmenelan,
karenaotot-ototpenghubungmulutdankerongkonganbelummatang.
Inibanyakterjadipadabayi
premature.
|
· Ada kelainanpadasistempencernaanbayi,
mislanyakelainankatuppemisahlambungdanusus 12 jari.
Cairanmuntahbiasanyaberwarnahijau.
· Ada infeksiatauluka, misalnyainfeksitenggorokan, yang
kadang-kadangdpaatmemicubayimuntah.
cairanmuntahbiasanyadisertaibercakdarah.
|
Cara mengatasi
|
Disendawakansetelahbayimenyusu.
|
Ditanganidoktersesuaipenyebabnya.
|
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Muntah adalah keluarnya sebagain besar atau seluruh isi
lambung yang terjadi setelah makanan masuk lambung agak lama, disertai
kontraksi isi lambung dan abdomen. Dalam beberapa jam pertama setelah lahir,
bayi mungkin mengalami muntah lendir bahkan kadang disertai dengan darah.
Gumoh dan muntah sering kali terjadi hampir setiap
pada bayi. Gumoh berbeda dengan muntah. Keduanya merupakan hal biasa (normal)
dan tidak menandakan suatu hal yang serius yang terjadi pada bayi Anda. Hanya
sebagian kecil kasus muntah bayi (muntah patologis) yang menjadi indikasi
gangguan serius.
Baik gumoh dan muntah pada bayi
merupakan pengeluaran isi lambung.
Bedanya gumoh terjadi seperti ilustrasi air
yang mengalir ke bawah, bisa sedikit (seperti meludah) atau cukup banyak.
Bersifat pasif dan spontan. Sedangkan muntah lebih cenderung dalam jumlah
banyak dan dengan kekuatan dan atau tanpa kontraksi lambung. Sekitar 70 % bayi
berumur di bawah 4 bulan mengalami gumoh minimal 1 kali setiap
harinya, dan kejadian tersebut menurun sesuai dengan bertambahnya usia hingga 8-10 % pada umur 9-12 bulan dan 5 % pada umur 18 bulan. Meskipun normal, gumoh yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi.
harinya, dan kejadian tersebut menurun sesuai dengan bertambahnya usia hingga 8-10 % pada umur 9-12 bulan dan 5 % pada umur 18 bulan. Meskipun normal, gumoh yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi.
3.2 Saran
1. Hindari memberikan ASI/susu saat bayi berbaring. Jaga
agar bayi tetap dalam posisi tegak
sekitar 30 menit setelah menyusu.
2.
Hindari
meletakkan bayi di kursi bayi karena akan meningkatkan tekanan pada perut.
3.
Hindari
merangsang aktivitas yang berlebihan setelah bayi menyusu.
4.
Kontrol
jumlah ASI/susu yang diberikan.misal Berikan ASI /susu dengan jumlah sedikit
tapi sering.
5.
Sendawakan
bayi segera setelah menyusu. Bahkan bayi terkadang masih membutuhkan bersendawa
di antara 2 waktu menysusu
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, vivian nanny
lia.2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita.Jakarta: Salemba Medika
http://bidanpurnama.wordpress.com/2011/01/08/muntah-pada-bayi-dan-anak/
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/19/bayi-anda-gumoh-atau-muntah/
http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Anak/Masalah-masalah-Kesehatan-Si-Kecil
http://rinimustikasari.blogspot.com/2009/11/muntah-pada-bayi-dan-anak.html
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/19/bayi-anda-gumoh-atau-muntah/
http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Anak/Masalah-masalah-Kesehatan-Si-Kecil
http://rinimustikasari.blogspot.com/2009/11/muntah-pada-bayi-dan-anak.html
http://vitarestiani.blogspot.com/2013/11/muntah-gumoh.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar