KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL
(KONSEP
DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL)
Disusun
Oleh :
Amelia Paraswati (13244003)
Annisa
Dian Wulandari (13244005)
Sari
Bulan (13244026)
Sri
Agustina (13244032)
POLITEKNIK
KESEHATAN TANJUNGKARANG JURUSAN KEBIDANAN
DIV
KEBIDANAN TANJUNGKARANG
2014/2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan
yang Maha Esa karena berkat-Nya makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu dan berjalan dengan
baik. Makalah ini berupa
pemgumpulan data dan
referensi sehingga dapat terkumpul dan tersusun dengan baik dan bermakna.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada orang tua, serta teman-teman yang atas dukungannya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tepat waktu.
Penulis mengharapkan agar makalah ini dapat
sangat bermanfaat bagi para pembaca, terutama bagi mahasiswa kebidanan
Poltekkes Tanjungkarang sehingga dapat mengerti dan memahami tentang Kegawatdaruratan
Pada Maternal Dan Neonatal.
Bandar Lampung, Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR
ISI ............................................................................................................. iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan
Masalah ............................................................................................. 1
1.3 Tujuan .............................................................................................................. 1
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Kegawatdaruratan ....................................................................... 2
2.2
Tanda dan Gejala
Kegawatdaruratan ............................................................ 6
2.3
Penyebab
Kegawatdaruratan ......................................................................... 7
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan ...................................................................................................... 10
3.2
Saran ................................................................................................................. 10
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Perdarahan yang mengancam nyawa
selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi perdarahan yang terjadi pada
minggu awal kehamilan (abortus, mola hidatidosa, kista vasikuler, kehamilan
ekstrauteri/ ektopik) dan perdarahan pada minggu akhir kehamilan dan mendekati
cukup bulan (plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, perdarahan
persalinan per vagina setelah seksio sesarea, retensio plasentae/ plasenta
inkomplet), perdarahan pasca persalinan, hematoma, dan koagulopati obstetri.
Setiap bayi
baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses kelahirannya. Ancaman jiwa
berupa kamatian tidak dapat diduga secara pasti walaupun denagn bantuan
alat-alat medis modern sekalipun,sering kali memberikan gambaran berbeda
tergadap kondisi bayi saat lahir.
Oleh karena
itu kemauan dan keterampilan tenaga medis yang menangani kelahiran bayi mutlak
sangat dibutuhkan, tetapi tadak semua tenaga medis memiliki kemampuan dan
keterampilan standart, dalam melakukan resusitasi pada bayi baru lahir yang
dapat dihandalkan, walaupun mereka itu memiliki latar belakang pendidikan
sebagai profesional ahli.
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1 Apa
yang dimaksud dengan kegawatdaruratan?
1.2.2 Apa
saja yang menjadi tanda dan gejala pada kegawatdaruratan?
1.2.3 Apa
yng menjadi penyebab kegawatdaruratan?
1.3
Tujuan
1.3.1 Untuk
mengetahui pengertian dari kegawatdaruratan.
1.3.2 Untuk
mengetahui tanda dan gejala kegawatdaruratan.
1.3.3 Untuk
mengetahui penyebab kegawatdaruratan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
kegawatdaruratan
Kegawatdaruratan
adalah kejadian tidak terduga yang memerlukan tindakan segera. Lebih lengkapnya konsep kegawatdaruratan
adalah suatu kondisi dimana seseorang membutuhkan pertolongan dengan segera
untuk mempertahankan hidup dan mengurangi resiko kematian dan kecacatan. Kegawatdaruratan dapat terjadi baik pada
penanganan obstetric maupun neonatal.
Prinsip
pada penanganan penderita gawat darurat harus cepat dan tepat serta harus dilakukan
segera oleh setiap orang yang pertama menemukan/mengetahui (orang awam,
perawat, para medis, dokter), baik didalam maupun diluar rumah sakit karena
kejadian ini dapat terjadi setiap saat dan menimpa siapa saja. Gawat darurat dibagi atas beberapa jenis. Jenis-jenisnya antra lain :
(1) Gawat
Darurat
Pasien yang tiba-tiba
dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya dan atau
anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan
secepatnya. Bisanya di lambangkan dengan
label merah. Misalnya AMI (Acut Miocart
Infac).
(2) Gawat
Tidak Darurat
Pasien berada dalam
keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat. Bisanya di lambangkan dengan label Biru. Misalnya pasien dengan Ca stadium akhir.
(3).
Tidak gawat tapi darurat
Pasien akibat musibah
yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya. Bisanya di lambangkan dengan label
kuning. Misalnya : pasien Vulnus
Lateratum tanpa pendarahan.
(4).
Tidak gawat darurat
Pasien
yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan.
Bisanya di lambangkan dengan label hijau. Misalnya : pasien batuk, pilek.
Dalam
kegawatdaruratan terdapat istilah yang disebut triage. Triage adalah
suatusistem seleksi pasien yang menjamin supaya tidak ada pasien yang tidak
mendapatkan perawatan medis. Tujuan
triage ini adalah agar pasien mendapatkan prioritas pelayanan sesuai dengan
tingkat kegawatannya. Pemberian label
dalam triage meliputi :
a)
Merah : Untuk kasus-kasus gawat
darurat
b)
Kuning : Untuk kasus gawat
tidak darurat atau darurat tidak gawat
c)
Hijau : Untuk kasus-kasus tidak
gawat tidak darurat/ringan
d)
Hitam : Untuk kasus DOA (datang
dalam keadaan sudah meninggal).
Dalam
pelaksanaanya, triage memiliki beberpa asistem yang biasa digunakan oleh
pelayanan kesehatan untuk menanggulangi kegawatdaruratan. Sistem-sistem tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Spot
check
25% UGD menggunakan sistem ini, perawat
mengkaji dan mengklasifikasikan pasien dalam waktu 2-3 menit. Sisten ini
memungkinkan identifikasi segera.
2. Komprehensif
Merupakan triase dasar yang standart digunakan
dan didukung oleh ENA (Emergenci Nurse Association) yang meliputi:
ü A (Airway)
ü B (Breathing)
ü C (Circulation)
ü D (Dissability of Neurity)
ü E ( Ekspose)
ü F (Full-set of Vital sign)
ü
Pulse Oximetry
3.
Trise two-tier
Sistem ini memerlukan
orang kedua yang bertindak sebagai penolong kedua yang bertugas mensortir pasien
untuk di lakukan pengkajian lebih rinci.
4.
Triase Expanded
Sistem ini dapat di
tambahkan ke sistem komprohensif dan two-tier mencakup protokol penanganan:
1)
Pertolongan pertama (bidai,
kompres, rawat luka)
2)
Pemeriksaan diagnostik
3)
Pemberian obat
4)
Tes lab (Darah, KGD,
Urinalisis, dll.
5.
Triase Bedside
Pasien dalam sistem
ini tidak di klasifikasikan triasenya, langsung di tangani oleh perawat yang
bertugas, cepat tanpa perlu menunggu antri.
Penatalaksanaan
kegawatdaruratan meliputi :
1. pengenalan
segera kondisi gawat darurat
2. stabilitasi
keadaan pasien
3. pemberian
oksigen
4. infus
5. terapi
cairan
6. tansfusi
darah
7. pemberian
medikamentosa
Pelayanan gawat darurat tidak hanya memberikan pelayanan untuk
mengatasi kondisi kedaruratan yang di alami pasien tetapi juga memberikan
asukan keperawatan untuk mengatasi kecemasan pasien dan keluarga.
Sistem pelayanan bersifat darurat sehingga perawat dan tenaga medis
lainnya harus memiliki kemampuan, keterampilan, tehnik serta ilmu pengetahuan
yang tinggi dalam memberikan pertolongan kedaruratan kepeda pesien.
Manajemen Gawat Darurat Dalam sebuah pelayanan kesehatan tentunya juga tidak terlepas dari
sebuah unit yang menangani kegawatdaruratan
dan di rumah sakit biasa kita kenal dengan nama dan istilah Unit Gawat Darurat
(UGD). Dan pengertian UGD
adalah salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi
pasien yang menderita sakit dan cedera, yang dapat mengancam kelangsungan
hidupnya. Di UGD dapat ditemukan dokter dari berbagai spesialisasi bersama
sejumlah perawat dan juga asisten dokter. Kali ini Blog Keperawatan akan
mencoba share sedikit mengenai manajemen gawat darurat ini dan semoga bisa
memberikan manfaat.
Pertolongan pertama merupakan pertolongan secara cepat dan bersifat
sementara waktu yang diberikan pada seorang yang menderita luka atau terserang
penyakit mendadak. Tujuan yang penting dari pertolongan pertama adalah
memberikan perawatan yang akan menguntungkan pada orang-orang tersebut sebagai
persiapan terhadap penanganan lebih lanjut lagi nantinya bila memang
diperlukan. Prinsip Manajemen Gawat Darurat
diantaranya yaitu :
1. Bersikap
tenang tapi cekatan dan berpikir sebelum bertindak (jangan panik).
3. Melakukan
pengkajian yang cepat dan cermat terhadap masalah yang mengancam jiwa (henti
napas, nadi tidak teraba, perdarahan hebat, keracunan).
4. Melakukan
pengkajian sistematik sebelum melakukan tindakan secara menyeluruh. Pertahankan
korban pada posisi datar atau sesuai (kecuali jika ada ortopnea), lindungi
korban dari kedinginan.
5. Jika
korban sadar, jelaskan apa yang terjadi, berikan bantuan untuk menenangkan dan
yakinkan akan ditolong.
6. Hindari
mengangkat/memindahkan yang tidak perlu, memindahkan jika hanya ada kondisi
yang membahayakan.
7. Jangan
diberi minum jika ada trauma abdomen atau perkiraan kemungkinan tindakan
anastesi umum dalam waktu dekat.
8. Jangan
dipindahkan (ditransportasi) sebelum pertolongan pertama selesai dilakukan dan
terdapat alat transportasi yang memadai.
Dalam beberapa jenis keadaan kegawatdaruratan yang telah disepakati
pimpinan masing-masing rumah sakit dan tentunya dengan menggunakan Protap yang
telah tersedia, maka perawat yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat dapat
bertindak langsung sesuai dengan prosedur tetap rumah sakit yang berlaku. Peran ini sangat dekat kaitannya dengan upaya
penyelamatan jiwa pasien secara langsung.
Dalam kegawatdaruratan diperlukan
3 kesiapan, diantara sebagai berikut.
1. Siap
mental, dalam arti bahwa ”emergency can not wait”. Setiap unsur yang terkait
termasuk perawat
harus menghayati bahwa aritmia dapat membawa kematian dalam 1 – 2 menit. Apnea
atau penyumbatan jalan napas dapat mematikan dalam 3 menit.
2. Siap
pengetahuan dan ketrampilan. Perawat harus mempunyai bekal pengetahuan teoritis
dan patofisiologi berbagai penyakit organ tubuh penting. Selain itu juga
keterampilan manual untuk pertolongan pertama.
3. Siap
alat dan obat. Pertolongan pasien gawat darurat tidak dapat dipisahkan dari
penyediaan/logistik peralatan dan obat-obatan darurat.
2.2
Tanda
dan gejala kegawatdaruratan
Kata triase (triage) berarti
memilih. Jadi triase adalah proses skrining secara cepat terhadap semua anak
sakit segera setelah tiba di rumah sakit untuk mengidentifikasi ke dalam salah
satu kategori berikut:
·
Dengan tanda kegawatdaruratan (EMERGENCY SIGNS): memerlukan
penanganan kegawatdaruratan segera.
·
Dengan tanda prioritas (PRIORITY SIGNS): harus diberikan
prioritas dalam antrean untuk segera mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan
tanpa ada keterlambatan.
·
Tanpa tanda kegawatdaruratan maupun prioritas: merupakan
kasus NON-URGENT sehingga dapat menunggu sesuai gilirannya untuk mendapatkan
pemeriksaan dan pengobatan.
Tanda kegawatdaruratan, konsep ABCD:
·
Airway. Apakah jalan napas bebas? Sumbatan jalan napas
(stridor)
·
Breathing. Apakah ada kesulitan bernapas? Sesak napas berat
(retraksi dinding dada, merintih, sianosis)?
·
Circulation. Tanda syok (akral dingin, capillary refill >
3 detik, nadi cepat
·
dan lemah).
·
Consciousness. Apakah anak dalam keadaan tidak sadar (Coma)?
Apakah kejang (Convulsion) atau gelisah (Confusion)?
·
Dehydration. Tanda dehidrasi berat pada anak dengan diare
(lemah, mata cekung, turgor menurun).
Anak dengan tanda gawat-darurat
memerlukan tindakan kegawatdaruratan segera untuk menghindari terjadinya
kematian.
Kita juga dapat menilai tanda dan gejala dari kegawatdaruratan dengan
melihat apakah pasien dalam keadaan koma, kejang, atau dehidrasi.
1)
Apakah anak koma? Periksa tingkat
kesadaran dengan skala AVPU:
·
A: sadar (alert)
·
V: memberikan reaksi pada suara (voice)
·
P: memberikan reaksi pada rasa sakit (pain)
·
U: tidak sadar (unconscious)
Jika anak
tidak sadar, coba
untuk membangunkan anak dengan berbicara atau mengguncangkan lengan anak. Jika
anak tidak sadar, tetapi memberikan reaksi terhadap suara, anak mengalami
letargis. Jika tidak ada reaksi, tanyakan kepada ibunya apakah anak mempunyai
kelainan tidur atau susah untuk dibangunkan. Lihat apakah anak memberikan
reaksi terhadap rasa sakit atau tidak. Jika demikian keadaannya berarti anak
berada dalam keadaan koma (tidak sadar) dan memerlukan pengobatan gawat
darurat.
2) Apakah
anak kejang?
Apakah ada kejang berulang pada anak yang tidak memberikan reaksi?
3)
Apakah mata anak cekung? Tanyakan kepada ibunya apakah mata anak
terlihat lebih cekung daripada biasanya.
Apakah cubitan kulit perut (turgor) kembali sangat lambat (lebih
lama dari 2 detik)? Cubit kulit
dinding perut anak pertengahan antara umbilikus dan dinding perut lateral
selama 1 detik, kemudian lepaskan dan amati.
4) Pada saat melakukan penilaian tanda
kegawatdaruratan, catat beberapa tanda prioritas yang ada:
ü Apakah
ada gangguan pernapasan (tidak berat)?
ü Apakah
anak tampak lemah(letargi) atau rewel atau gelisah?
2.3
Penyebab
kegawatdaruratan
Kegawatdaruratan
dapat terjadi dimana dan kapan saja. Ada
banyak faktor yang dapat menyebabkan kegawatdaruratan tersebut. Penyebab-penyebab
tersebut antara lain:
a) Kecelakaan (Accident)
Suatu
kejadian dimana terjadi interaksi berbagai factor yang datangnya mendadak,
tidak dikehendaki sehinga menimbulkan cedera (fisik, mental, sosial).
b) Cedera Masalah kesehatan yang
didapat/dialami sebagai akibat kecelakaan.
Kecelakaan
dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
1.
Tempat
kejadian
a.
kecelakaan
lalu lintas
b.
kecelakaan
di lingkungan rumah tangga
c.
kecelakaan
di lingkungan pekerjaan
d.
kecelakaan
di sekolah
e.
kecelakaan
di tempat-tempat umum lain seperti halnya: tepat rekreasi, perbelanjaan, di
arena olah raga dan lain-lain.
2.
Mekanisme
kejadian
Cedera
akibat kecelakaan dapat terjadi akibat mekanisme tertumbuk, jatuh, terpotong,
tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik karena efek kimia, fisik
maupun listrik atau radiasi.
3.
Waktu
kejadian
a.
Waktu
perjalanan (traveling/trasport time)
b.
Waktu
bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain- lain.
c) Bencana Alam
Peristiwa
atau rangkaian peritiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaan manusia.
Kerugian harta benda, kerusakan Iingkungan, kerusakan sarana dan
prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan
penghidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan
bantuan merupakan akibat dari peristiwa tersebut.
d) Kematian dapat terjadi bila seseorang
mengalami kerusakan atau kegagalan dan salah satu sistem/organ di bawah ini
yaitu :
1.
Susunan saraf pusat.
2.
Pernapasan.
3.
Kardiovaskuler.
4.
Hati
5.
Ginjal
6.
Pancreas
Penyebab Kegagalan Organ :
1.
Trauma/cedera3
2.
2.
lnfeksi
3.
3.
Keracunan
(poisoning) 4.
4.
Degenerasi
(failure) 5.
5.
Asfiksia
6.
6.
Kehilangan
cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of wafer and
electrolit) 7.
7.
Shock
8.
8.
perdarahan
akut 9.
9.
tumor
/ kanker
Kegagalan system organ susunan saraf pusat,
kardiovskuler, pernapasan dan hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam
waktu singkat (4-6 menit), sedangkan kegagalan sistim/organ yang lain dapat
menyebabkan kematian dalam waktu yang lebih lama.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kegawatdaruratan
adalah suatu kondisi dimana seseorang membutuhkan pertolongan dengan segera
untuk mempertahankan hidup dan mengurangi resiko kematian dan kecacatan. Kegawatdaruratan dapat terjadi baik pada
penanganan obstetric maupun neonatal.
Jenis-jenis dari kegawatdaruratan yaitu ; (1) Gawatdarurat, (2) Gawat
Tidak Darurat, (3) Tidak gawat tapi darurat, (4) Tidak gawat darurat.
Ada
banyak hal yang dapat menyebabkan seseorang berada dalam kondisi gawat
darurat. Salah satunya adalah
kecelakaan. Dalam penatalaksanaan
kegawatdaruratan, kita harus segera menilai keadaan pasien dengan segera. Kita bisa menggunakan sistem triase dalam
menghadapi kegawatdaruratan. Jadi, kita
sebagai petugas kesehatan harus sigap dalam menghadapi kegawatdaruratan untuk
mencegah kematian dan kecacatan
3.2
Saran
Penulis
menyarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat melengkapi materi yang ada
dalam makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Maryunani,
I Anik; Puspita, I Eka. 2013. ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL.
Trans Info Media. Jakarta.
Sudirahayu,
Wita. 2012. KONSEP KEGAWATDARURATAN. http://wanitanyaharris.blogspot.com/2012/03/add-caption-konsep-kegawatdaruratan.html.
diakses pada tanggal 23 Maret 2015.
Akbar,
Fredy M.Kes. 2011. Prinsip Dasar Kegawatdaruratan. https://fredynurse.wordpress.com/2011/11/13/prinsip-dasar-kegawatdaruratan/.
Diakses pada tanggal 23 Maret 2015.
Margaretha,
Caroline. 2013. KONSEP KEPERAWATAN GAWAT DARURAT. https://carolinemargaretha.wordpress.com/2013/08/04/konsep-keperawatan-gawat-darurat/.
Diakses pada tanggal 23 Maret 2015.
Koibito, Andi. 2012. KONSEP DASAR PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT. http://andikoibito.blogspot.com/2012/04/konsep-dasar-penanganan-pasien-gawat.html. diakses pada tanggal 23 Maret 2015.
Australia,
Infoxchange. 2012. HOSPITAL CARE of CHILD. http://www.ichrc.org/12-catatan-untuk-penilaian-tanda-kegawatdaruratan-dan-prioritas.
Diakses pada tanggal 23 Maret 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar