KESEHATAN REPRODUKSI
(KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI)
Oleh
:
Ade
Yulia Putri (13244001)
Ajeng
Dwi Imelda (13244002)
Amelia
Paraswati (13244003)
Annisa
Dian Wulandari (13244005)
POLITEKNIK
KESEHATAN TANJUNGKARANG JURUSAN KEBIDANAN
DIV
KEBIDANAN TANJUNGKARANG
2014/2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan
yang Maha Esa karena berkat-Nya makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu dan berjalan dengan
baik. Makalah ini berupa
pemgumpulan data dan
referensi sehingga dapat terkumpul dan tersusun dengan baik dan bermakna.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada orang tua, serta teman-teman yang atas dukungannya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tepat waktu.
Penulis mengharapkan agar makalah ini dapat
sangat bermanfaat bagi para pembaca, terutama bagi mahasiswa kebidanan
Poltekkes Tanjungkarang sehingga dapat mengerti dan memahami tentang
Konsep Kesehatan Reproduksi.
Bandar Lampung, Maret 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
1.2
Rumusan
Masalah
1.3
Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Konsep
Kesehatan Reproduksi
2.1.1 Definisi
Kesehatan Reproduksi
2.1.2 Ruang
Lingkup Kesehatan Reproduksi
2.1.3 Hak-Hak
Kesehatan Reproduksi
2.1.4 Konsep
Gender dalam Kesehatan Reproduksi
2.2
Konsep
Keluarga Berencana
2.2.1 Definisi
Keluarga Berencana
2.2.2 Manfaat
Keluarga Berencana
2.2.3 Macam-Macam
Metode Kelarga Berencana
2.3
Asuhan
Kespro dan Keluarga Berencana dalam Manajemen Kebidanan
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
3.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Indonesia
dengan stuasi geografisnya terdapat 1.300 pulau besar dan kecil, penyebaran
penduduk yang belum merata, tingkat sosial ekonomi dan pendidikan belum
memadai, sehingga menyebabkan kurang kemampuan dalam menjangkau tingkat
kesehatan tertentu.
Masalah
kesehatan reproduksi menjadi perhatian khusus bersama dan bukan hanya individu
yang bersangkutan, karena dampaknya luas menyangkut berbagai aspek kehidupan
dan menjadi parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat. Dengan
demikian kesehatan alat reproduksi sangat erat hubungannya dengan angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian anak (AKA). Indonesia merupakan negara berkembang dan
anggota ASEAN yang memiliki angka kematian ibu tertinggi. Survei kesehatan
rumah tangga yang dilakukan didapat data ssebagai berikut.
NEGARA
|
ANGKA KEMATIAN IBU
|
Indonesia
|
3,9/1.000
persalinan
|
Malaysia
|
0,7/1.000
persalinan
|
Filipina
|
1,4/1.000
persalinan
|
Thailand
|
1/1.000
pesalinan
|
Kesehatan
reproduksi juga berhubungan erat dengan program keluarga berencana (KB). Gerakkan keluarga berencana Indonesia telah
menjadi contoh bagaimanan negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia
dapat mengendalikan dan menerima gerakkan KB sebagai salah satu bentuk
pembangunan untuk mencapai kesejahteraan.
Langkah pemeriksaan sebelum kawin dan sebelum hamil melalui anamnesa
akan didapatkan mengenai pengatahuan klien mengenai KB. Melalui anamnesa tersebut kita dapat
mengetahui apa klien paham mengenai KB.
Di
Indonesia gerakkan keluarga berencana telah berhasil dengan baik karena
kemampuan kita dalam komunikasi. Informasi, simplifikasi, dan sinkronasi
(KISIS). Namun, sekalipun gerakkan
keluarga berencana dianggap berhasil dan menjadi contoh di dunia, tetapi masih
terdapat beberapa pengertian dan pemahaman oleh klien yang salah tentang KB.
Oleh
karena itu, penulis membuat makalah ini untuk mengetahui hal-hal yang
berhubungan konsep kesehatan reproduksi serta KB agar lebih memahami lagi
menganai hal tersebut.
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1 Apa
yang dimaskud dengan kesehatan reproduksi?
1.2.2 Apa
saja ruang lingkup dalam kesehatan reproduksi?
1.2.3 Apa
yang menjadi hak-hak reproduksi?
1.2.4 Bagaimana
konsep gender dalam kesehatan reproduksi?
1.2.5 Apa
yang dimaksud dengan keluarga berencana?
1.2.6 Apa
saja manfaat dari keluarga berencana?
1.2.7 Apa
saja macam-macam metode keluarga berencana?
1.3
Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui
definisi kesehatan reproduksi.
1.3.2
Untuk mengetahui ruang
lingkup kesehatan reproduksi.
1.3.3
Untuk mengetahui
hak-hak reproduksi.
1.3.4
Untuk mengetahui konsep
gender dalam kesehatan reproduksi.
1.3.5
Untuk mengetahui
definisi keluarga berencana.
1.3.6
Untuk mengetahui
manfaat dari keluarga berencana.
1.3.7
Untuk mengetahui macam-macam
metode keluarga berencana.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Konsep
Kesehatan Reproduksi
2.2.1
Definisi
Kesehatan Reproduksi
Konferensi internasional tentang
kependudukan dan pembangunan/ICPD (International
Conference on Population and Development), di Kairo Mesir 1994 diikuti 180
negara menyepakati perubahan paradigm dalam pengelolaan masalah kependudukan
dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas
atau keluarga berencana menjadi pendekatan yang terfokus pada kesehatan reproduksi
serta hak reproduksi.
Tahun 1995 konferensi sedunia IV tentang
wanita dilaksanakan di Beijing, Cina, di Haquue 1999, di New York tahun 2000
menyepakati antara lain :
Definisi
kesehatan reproduksi : “suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara
utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit, atau kecacatan dalam semua hal
yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya”.
2.2.2
Ruang
Lingkup Kesehatan Reproduksi
Secara
luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi :
1.
Kesehatan ibu dan bayi
baru lahir
2.
Pencegahan dan
penanggulangan infeksi saluran reproduksi (ISR) termasuk PMS-HIV/AIDS
3.
Pencegahan dan
penanggulangan komplikasi aborsi
4.
Kesehatan reproduksi
remaja
5.
Pencegahan dan
penanganan infertilitas
6.
Kanker pada usia lanjut
dan osteoporosis
7.
Berbagai aspek
kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker serviks, mutilasi genital, fistula,
dll.
Kesehatan reproduksi ibu dan bayi baru
lahir meliputi perkembangan berbagai organ reproduksi mulai dari sejak dalam
kandungan, bayi, remaja, wanita usia subur, klimakterium, menopause hingga
meninggal. Kondisi kesehatan seorang ibu
hamil mempengaruhi pada kondisi bayi yang dilahirkannya, termasuk didalamnya
kondisi kesehatan organ-organ reproduksi bayinya. Permasalahan kesehatan reproduksi remaja
termasuk pada saat pertama anak perempuan mengalami haid/menarche yang bisa
beresiko timbulnya anemia, prilaku seksual yang mana bila kurang pengetahuan
dapat tertular penyakit seksual, termasuk HIV/AIDS. Selain itu juga menyangkut kehidupan remaja memasuki
masa perkawinan.
Remaja yang menginjak masa dewasa bila
kurang pengetahuan dapat mengakibatkan resiko kehamilan usia muda yang mana
mempunyai resiko terhadap ibu hamil dan janinnya. Selain hal tersebut diatas, ICPD juga
menyebutkan bahwa kesehatan reproduksi juga mengimplikasikan seseorang berhak
atas kehidupan seksual yang memuaskan dan aman.
Seseorang berhak terbebas dari kemungkinan tertularnya penyakit infeksi
menular seksual yang bisa berpengaruh pada organ reproduksi, dan terbebas dari
paksaan. Hubungan seksual dilakukan dengan memahami dan sesuai etika dan budaya
yang berlaku.
Penerapan pelayan kesehatan reproduksi
oleh departemen kesehatan RI dilaksanakan secara integrative memprioritaskan
pada empat komponen kesehatan reproduksi yang menjadi masalah pokok di
Indonesia yang disebut paket pelayanan kesehatan reproduksi esensial (PKRE),
yaitu :
1.
Kesehatan ibu dan bayi
baru lahir
2.
Keluarga berencana
3.
Kesehatan reproduksi
remaja
4.
Pencegahan dan
penanganan infeksi saluran reproduksi, termasuk HIV/AIDS
Sedangkan pelayanan kesehatan reproduksi
komprehensif (PKRK) terdiri dari PKRE ditambah kesehatan reproduksi pada usia
lanjut.
2.2.3
Hak-hak
Reproduksi
Hak-hak reproduksi menurut kesepakatan
dalam konferensi internasional kependudukan dan pembangunan bertujuan untuk
mewujudkan kesehatan bagi individu secara utuh, bak kesehatan jasmani maupun
rohani, meliputi :
1.
Hak mendapatkan
informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi
2.
Hak mendapatkan
pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
3.
Hak kebebasan berpikir
tentang pelayanan kesehatan reproduksi
4.
Hak untuk dilindungi
dari kematian karena kehamilan
5.
Hak untuk menentukan
jumlah dan jarak kelahiran anak
6.
Hak atas kebebasan dan
keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya
7.
Hak untuk bebas dari penganiayaan
dan perlakuan buruk termsauk perlindungan dari perkosaan, kekerasan,
penyiksaan, dan pelecehan seksual
8.
Hak mendapatkan manfaat
kemajuan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi
9.
Hak atas pelayanan dan
kehidupan reproduksinya
10.
Hak untuk membangun dan
merencanakan keluarga
11.
Hak untuk bebas dari
segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga dan kehidupan reproduksi
12.
Hak atas kebebasan
berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi.
Menurut BKKBN 2000, kebijakan teknis
operasional di Indonesia, untuk mewujudkan hak-hak reproduksi :
1.
Promosi hak-hak
reproduksi
Dilaksanakan
dengan menganalisis perundang-undangan, peraturan dan kebijakan yang saat ini
berlaku apakah sudah seiring dan mendukung hak-hak reproduksi dengan tidak
melupakan kondisi local sosial budaya masyarakat. Pelaksanaan upaya pemenuuhan hak reproduksi
memerlukan dukungan secara politik, dan legislative sehingga bisa tercipta
undang-undang hak reproduksi yang memuat aspek pelanggaran hak-hak reproduksi.
2.
Advokasi hak-hak
reproduksi
Advokasi
dimaksudkan agar mendapatkan dukungan komitmen dari para tokoh politik, tokoh
agama, tokoh masyarakat, LSM/LSOM, dan swasta.
Dukungan swasta dan LSM sangat dibutuhkan karena ruang gerak pemerintah
lebih terbatas. Dukungan para tokoh
sangat membantu perlancar terciptanya pemenuhan hak-hak reproduksi. LSM yang memperjuangkan hak-hak reproduksi
sangat penting artinya untuk terwujudnya pemenuhan hak-hak reproduksi.
3.
KIE hak-hak reproduksi
Dengan
KIE diharapkan masyarakat semakin mengerti hak-hak reproduksi sehingga dapat
bersama-sama mewujudkannya.
4.
Sistem pelayanan
hak-hak reproduksi
Keluarga
berencana juga termasuk dalam hak-hak kesehatan reproduksi. Akses terhadap pelayanan keluarga berencana
yang bermutu merupakan pemenuhan kebutuhan dan hak kesehatan reproduksi
sebagaimana tercantum dalam program aksi dari Internasional Conference on Population and DevelopmentI, Kairo
1994. Termasuk di dalamnya hak-hak
setiap orang umtuk mendapatkan informasi dan akses terhadap berbagai metode
kontrasepsi yang aman, efektif, terjangkau, dan akseptabel.
2.2.4
Konsep
Gender dalam Kesehatan Reproduksi
a.
Pengertian Gender,
Seks, dan Seksualitas
Menurut
kantor Menneg PP, BKKBN, UNFPA (2001) :
1.
Gender adalah perbedaan
peran, fungsi, tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk,
dibuat, dan dikonstruksi oleh masyarakat dan dapat berubah sesuai dengan
perkembangan zaman akibat konstruksi sosial.
2.
Seks adalah perbedaan
jenis kelamin yang ditentukan secara biologis yang secara fisik melekat pada
masing-masing jenis kelamin, laki-laki dan perempuan.
Seksualitas
adalah sebuah bentuk prilaku yang didasari oleh faktor fisiologis tubuh. Istilah sex dan seksualitas adalah suatu hal
yang berbeda. Kata seks sering digunakan
dalam dua cara. Paling umum seks
digunakan untuk mengacu pada bagian fisik dari berhubungan, yaitu aktifitas
seksual genital. Seks juga digunakan
untuk memberi label gender, baik
seseorang itu pria atau wanita (Zawid, 1994 ;
Perri dan Potter 2005).
Seksualitas
adalah istilah yang lebih luas.
Seksualitas diekspresikan melalui interaksi dan hubungan dengan individu
dari jenis kelamin yang berbeda dan mencakup pikiran, pengalaman, pelajaran,
ideal, nilai, fantasi, dan emosi.
Seksualitas berhubungan dengan bagaimana seseorang merasa tentang diri
mereka dan bagaimana mereka mengomunikasikan perasaan tersebut kepada lawan
jenis melalui tindakan yang dilakukannya, seperti sentuhan, ciuman, pelukan,
dan senggama seksual, dan melalui perilaku seperti isyarat gerak tubuh, etiket,
berpakaian dan perbendaharaan kata (Deny dan Quandagno, 1992 ; Zawid, 1994 ;
Perri dan Potter, 2005).
Seksualitas
adalah maksud dan motif dalam diri manusia.
Seksualitas adalah hasrat (desire) dan keinginan (want) yang saling
tumpang tindih dengan aspek-aspek lain dalam kehidupan. Seksualitas meliputi hak-hak manusia untuk
menentukan pilihan-pilihan atas isu-isu yang intim dan menantang. Termasuk orientasi seksual, perilkau dan
praktik seksual pemilihan kontrasepsi, mempunyai anak (Hidayana M Irwan, dkk,
2004).
Berkaitan
dengan pengertian diatas, beberapa istilah yang berkaitan dengan gender antara
lain sebagai berikut.
1.
Emansipasi : kesetaraan
kedudukan, peran, tanggung jawab laki-laki dan perempuan dalam setiap aspek
kehidupan.
2.
Feminism : cirri,
karakteristik, sikap, perilaku yang banyak dimiliki perempuan.
3.
Maskulin : cirri,
karakter, sikap, perilaku yang banyak dimiliki laki-laki.
4.
Bias gender : anggapan
yang tidak mengakui persamaan peran, kedudukan, tanggung jawab antara laki-laki
perempuan dalam keluarga, masyarakat, pembangunan.
5.
Relasi gender :
hubungan laki-laki dan perempuan dalam kerja sama seiring sejalan/bertentangan.
6.
Kesetaraan dan keadilan
gender : suasana yang adil (Equity) dan
setara (Equality) dalam hubungan
kerja sama laki-laki dan perempuan.
7.
Permasalahan/isu gender
: permasalahan yang terjadi sebagai konsekuensi dengan adanya kesenjangan
gender sehingga mengakibatkan diskriminasi pada perempuan dalam akses dan
control sumber daya, kesempatan, status,
hak, peran dan penghargaan.
8.
Buta gender : tidak
mempedulikan kebutuhan laki-laki dan perempuan yang berlainan atau tidak
menyebutkan secara eksplisit permepuan dan laki-laki.
9.
Manfaat gender : sejauh mana perempuan dan laki-laki
memperoleh keuntungan dari kegiatan tersebut.
b.
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Gender
Faktor-faktor
yang menyertai terbentuknya bias atau ketidakadilan gender yang paling penting
adalah faktor fisiologis dan psikologis.
1.
Faktor fisiologis
Faktor fisiologis menjadi penting karena
sekresi hormone dan enzim pada laki-laki dan perempuan tidak sama. Beberapa hormone dan enzim diproduksi lebih
banyak oleh laki-laki, begitu juga sebaliknya.
Hal itu memengaruhui tampilan dan persepsi tentang tugas gender. Beberapa hormone memengaruhi penyempitan
pori-pori sehingga perempuan memiliki kulit yang lebih halus dari kaum
pria. Di beberapa kasus transgender,
faktor biologis menjadi kurang penting karena walaupun secara fisik seorang
berjenis kelamin laki-laki, tetapi produksi kelenjar progesterone berlebih
menempatkannya sebagai perempuan.
2.
Faktor psiklogis
Faktor psikologis lebih rumit lagi. Motif-motif atau naluri dasar perempuan
kebanyakan berbeda dengan naluri dasar kaum pria. Saat melakukan hubungan seksual laki-laki
sepenuhnya bermotif biologis. Bagi
perempuan, hubungan seksual didasari motif psikologis. Orgasmus bagi perempuan lebih berkonotasi
mental ketimbang fisik. Naluri
reproduktif, luapan penyerahan, rasa memuja, rasa terlindungi, harapan berbagi,
keterpenuhan fungsi, kebanggaan, dan masih banyak lagi aspek psiklogis, adalah
gejala nyata orgasmus perempuan daripada kontraksi biologis. Inilah yang muncul sebagai prilaku alamiah,
sebagai arus utama atribusi budaya tentang perempuan.
Masih banyak faktor psikologis selain
penelusuran motif-motif. Keterkaitan
antara faktor fisiologis dengan psikologis juga sangat erat, jauh lebih erat
daripada keterkaitannya dengan faktor jenis kelamin. Beberapa variabel lain juga memengaruhi
terjadinya ‘ketidaksetaraan’ gender, seperti tejadinya bahasa, terbentuknya
pranata-pranata sosial, terbentuknya spritualisme. Faktor ini tentu saja memerlukan diskusi
mendalam dengan para ahli linguistika, ahli antropolgi, tokoh-tokoh agama, guna
mendapatkan konsep yang lebih kokoh, radikal, komprehensif sehingga dapat
memicu lahirnya sebuah era baru, gaya hidup baru dan epistemology baru, yaitu
era kesetaraan gender.
3.
Budaya
Kondisi
yang diciptakan atau direkayasa oleh norma (adat-istiadat) yang membedakan
peran dan fungsi laki-laki dan perempuan yang berkaitan dengan kemampuan. Adapun beberapa contoh budaya yang
berpengaruh pada gender misalnya :
a.
Masyarakat di Indonesia
khususnya di Jawa menganut budaya Patriaki, dimana seorang kepala keluarga
adalah laki-laki sehingga laki-laki dicap sebagai orang yang berkuasa. Budaya patriaki biasanya mengakibatkan
anggapan bahwa kesehatan reproduksi adalah masalah perempuan sehingga berdampak
kurangnya partisipasi, kepedulian laki-laki dalam kesehatan reproduksi. KB hanya dianggap sebagai masalah perempuan
sehingga sangat kecil akseptor KB laki-laki.
b.
Di Jawa ada pepatah
bahwa perempuan di dalam rumah tangga sebagai kasur, sumur, dapur. Sehingga perempuan didalam keluarga hanya
melayani suami. Kedudukannya lebih
rendah dari laki-laki.
c.
Perlakuan orang tua
kepada anaknya sejak bayi dibedakan antara laki-laki dan perempuan dengan
memberikan perlengkapan bayi warna biru untuk laki-laki, perlengkepan bayi
warna pink untuk perempuan.
d.
Pengaruh pengasuh. Ibu banyak mengurus hal yang berkaitan dengan
fisik anak sedangkan ayah cenderung pada interaksi yang bersifat permainan dan
diberi tanggung jawab untuk menjamin bahwa anak laki-laki dan anak perempuan
menyesuaikan dengan budaya yang ada.
Ayah lebih terlihat dalam sosialisasi dengan anak laki-laki daripada
anak perempuan. Banyak orang tua
membedakan permainan bagi anak laki-laki dan perempuan. Permainan anak laki-laki cenderung agresif. Pada masa remaja orang tua lebih mengijinkan
anak laki-laki cenderung lebih bebas daripada anak perempuan dengan mengijinkan
mereka pergi jauh dari mereka.
e.
Pengaruh teman
sebaya. Anak-anak yang melakukan
kegiatan-kegiatan dengan teman sebaya lebih cenderung dihargai oleh sesame
jenis teman mereka. Begitu pula anak
perempuan. Sedangkan anak perempuan yang
‘tomboy’ dapat bergabung dengan teman laki-laki, tapi tidak berlaku bagi anak
laki-laki yang bergabung dengan teman perempuan. Ini mencerminkan tekanan penggolongan jenis
kelamin yang lebih besar oleh masyarakat kita pada anak laki-laki.
f.
Pengaruh sekolah dan
guru. Banyak buku-buku di sekolah yang
bias gender. Guru membedakan
bimbingannya antara murid laki-laki dan murid perempuan. Buku-buku pelajaran memberi gambaran
pekerjaan perempuan dirumah sedangkan laki-laki sebagai pekerja kantoran.
g.
Pengaruh media. Pesan-pesan dimedia tentang apa yang
dilakukan laki-laki dan perempuan banyak yang bias gender. Banyak media mengekspose ibu dirumah mengurus
anak dan rumah tangga, sedangkan ayah bekerja di kantor. Banyak iklan perempuan tentang kosmetik,
kebersihan, mencuci. Sedangkan laki-laki
mengiklankan mobil, direktur, eksekutif muda.
h.
Pengaruh kognitif. Teori perkembangan kognitif. Penentuan gender (gender typing) pada
anak-anak terjadi setelah mereka mengembangkan suatu konsep tentang gender. Sekali mereka secara konsisten menyadari diri
mereka sebagai anak laki-laki atau perempuan, anak sering mengorganisasikan
diri mereka atas dasar gender.
c.
Analisis Gender
Menurut kantor Menneg PP, BKKBN, UNFPA (2001),
ada tiga teori tentang gender. Teori
tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Teori Nurture
Rumusan yang dibentuk oleh mesyarakat
mengakibatkan perbedaan antara permepuan dan laki-laki. Kaum laki-laki dianggap sama dengan kaum yang
berkuasa/penindas, sedangkan kaum perempuan sebagai kaum yang tertindas,
terperdaya. Perjuangan diawali oleh kaum
feminis internasional yang memperjuangkan kesamaan (sameness), kesamaan berdasar konsep 50-50 (fifty-fifty). Konsp ini dinamakan
perfect equality (kesamaan
kualitas). Perjuangan mereka mendapatkan
kendala dari segi agama dan budaya.
Konsep konflik yang mendudukan laki-laki
sebagai kaum borjuis (penindas) dan perempuan sebagai proletar (tertindas),
maka untuk menggapai kesamaan dengan cara menghapuskan kaum penindas. Paham
sosial konflik banyak diantut oleh masyarakat sosial komunis yang meniadakan
starata penduduk. Paham ini menegakan kesamaan yang proposional dalam segala
kegiatan masyarkan seperti di lembaga tertinggi negara, jabatan dalam instansi,
pimpinan. Untuk mencapai hal tersebut maka di susun suatu program khusus untuk
memberikan yang sama bagi pemberdayaan perempuan agar terpacu untuk ambil
bagian dalam mendapatkan posisi yang selama ini banyak diduduki oleh kaum laki-laki.
2.
Teori Nature
Paham ini memamdang adanya perbedaan
laki-laki dan perempuan merupakan takdir tuhan yang mesti di terima manusia
sebagai makhluk ciptaannya. Adanya perbedaan secara bilogis merupakan pertanda
perbedaan tugas dan peran yang mana tugas dan peran tersebut ada yang dapat di
gantikan tetapi ada yang tidak karena takdir ilmiah.
Dalam kehidupan keluarga dan kehidupan
sosial diperlukan kerjasama, saling mendukung.
Dalam keluarga ada kepala rumah tangga dan ibu rumah tangga, dalam
kehidupan sosial terdapat pemimpin dan anggota yang mana masing-masing mepunyai
perbedaan tugas, fungsi, dan tanggung jawab.
Pemimpin hanya satu orang.perbedaan yang berlandaskan demokratis dengan
komitmen agar tercipta saling pengertian dan penerimaan.
3.
Teori Equilibrium/Keseimbangan
Hubungan
antara laki-laki dan perempuan merupakan satu kesatuan yang saling
menyempurnakan, karena setipa laki-laki dan perempuan memiliki kelemahan dan
keutamaan masing-masing, harus saling bekerjasama dalam kemitraan dan keharmonisan dalam kehidupan keluarga,
masyarakat dan keluarga. Maka semua
kebijakan dan strategi pembangunan harus dipertimbangkan keseimbangan antara
perempuan dan laki-laki, kepentingan serta sejauh mana peran laki-laki dan
perempuan.
d.
Perbedaan Seks dan Gender
GENDER
|
SEKS
|
Perbedaan
peran, fungsi, hak, sikap, perilaku, dibentuk oleh masyarakat
|
Takdir
Tuhan, perbedaan bilogism, hhormonal, anatomi dan fisiologi, pemberian Tuhan,
diciptakan oleh Tuhan.
|
Dapat
berubah atau berkembang sesuai kemajuan IPTEK
|
Tetap
|
Dapat
bergantian antara laki-laki dan perempuan
|
Tidak
dapat bergantian antara laki-laki dan perempuan
|
Jadi,
pada intinya seks mengacu pada perbedaan-perbedaan biologis seperti ; kromosom,
bentuk hormone, organ seks internal dan eksternal. Sedangkan gender menjelaskan karakteristik
mengenai maskulinitas dan femininitas yang digambarkan oleh masyarakat atau
budaya. Apa yang disebut dengan ‘lelaki
sejati’ dalam setiap budaya mencakup jenis kelamin laki-laki serta beberapa
gambaran mengenai karakteristik maskulin dan prilaku, sama halnya dengan
‘perempuan sejati’ yang terdiri dari jenis kelamin perempuan dan karakteristik
feminine.
Pada
dasarnya kedua istilah tersebut (seks dan gender) berbeda pengertiannya. Jika kita berbicara mengenai istilah ‘seks’
berarti kita berbicara pria ataupun wanita yang perbedaannya berdasar pada
jenis kelamin. Dalam kata lain, seks
merujuk pada perbedaan antara pria dan wanita berdasar pada jenis kelamin yang
ditandai oleh anatomi tubuh dan genetiknya.
Perbedaan seperti ini lebih sering disebut sebagai perbedaan secara
biologis atau bersifat kodrati, dalam artian sudah melekat pada masing-masing
individu semenjak lahir.
Oleh
karena itu, gender tercipta dari konstruksi sosial. Maka gender bersumber dari manusia atau
masyarakat. Apa yang menjadi perbedaan
antara pria dan wanita seperti harkat dan martabatnya dapat saling dipertukarkan. Perbedaan manusia seperti ini berdampak pada
terciptanya norma-norma tentang ‘pantas’ dan ‘tidak pantas’. Sehingga merugikan salah satu pihak yang mana
kebetulan adalah wanita.
e.
Peran Gender
Menurut
Bem (1981), gender merupakan karakteristik kepribadian, seseorang yang
dipengaruhi oleh peran gender yang dimilikinya dan dikelompokkan menjadi 4
klasifikasi yaitu maskulin, feminism, androgini dan tak terbedakan. Konsep gender dan peran gender merupakan dua
konsep yag berbeda, gender merupakan istilah biologis, orang-orang dilihat sebagai pria atau wanita tergantung dari organ-organ
dan gen-gen jenis kelamin mereka.
Sebaliknya
menurut Basow (1992), peran gender merupakan istilah psikologis dan cultural,
diartikan sebagai perasaan subjektif seseorang mengenai kepriaan (maleness) atau kewanitaan (femaleness).
Brigham (1986) lebih menekankan terhadap konsep
stereotype di dalam membahas mengenai peran gender, dan menyebutkan bahwa peran
gender merupakan karakteristik status,
yang dapat digunakan untuk mendukung diskriminasi sama seperti ras,
kepercayaan, dan usia.
Sementara
peran gender sendiri sebagai sebuah karakteristik memiliki determinan
lingkungan yang kuat dan berkaitan dengan dimensi maskulin versus feminism
(Stewart & Lykes, dalam Saks dan Krupat, 1998). Ketika berbicara mengenai gender, beberapa
konsep berikut ini terlibat di dalamnya.
1. Gender
role (peran gender), merupakan definisi atau preskripsi yang berakar pada
kultur terhadap tingkah laku pria dan wanita.
2. Gender
identity (identitas gender), yaitu
bagaimana seseorang mempersepsikan dirinya sendiri dengan memperhatikan jenis
kelamin dan peran gender.
3. Sex
role ideology (ideology peran-jenis kelamin), termasuk diantaranya stereotype
gender, sikap pemerintah dalam kaitannya antara kedua jenis kelamin dan
status-status relatifnya (Segall, Dosen, Berry, & Pootiga, 1990). Kepentingan di dalam membedakan antara jenis
kelamin dan gender berangkat dari pentingnya untuk membedakan antara
aspek-aspek biologis dengan aspek-aspek sosial di dalam menjadi pria atau
wanita. Bahkan yang paling sering
terjadi adalah bahwa orang-orang mengasumsikan kalai perbedaan kepribadian dan
sikap yang tampak antara pria dan wanita sanga berkaitan dengan perbedaan jenis
kelamin (Basow, 1992).
Jika
menyamakan antara gender dapat mengarahkan keyakinan bahwa perbedaan
trait-trait dan tingkah laku antara pria dan wanita mengarah langsung kepada
perbedaan secara biologis. Sementara
jika kita membedakan konsep gender dan gender akan membantu kita untuk
menganalisis keterkaitan yang kompleks antara gender dan peran gender secara
umum. Ini yang membuat gender sangat
penting untuk membedakan antara gender dengan peran gender.
Peran
gender adalah pola tingkah laku yang dianggap sesuai untuk masing-masing gender
ang didasarkan pada harapan masyarakat.
Menurut Myers (1995), peran gender merupakan suatu set tingkah laku yang
diharapkan (berupa norma) untuk pria dan wanita, dikaitkan dengan cirri-ciri
feminism dan maskulin sesuai dengan yang diharapkan masyarakat.
2.2 Konsep Keluarga
Berencana
2.2.1
Definisi
Keluarga Berencana
Keluarga
berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera
dengan membatasi kelahiran. Itu
dimaksudkan untuk perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa
dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran
seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya.
Program
KB adalah program yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan dan per orangan
dalam mencapai tujuan reprokduksi, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan
mengurangi insiden kehamilan beresiko tinggi, kesakitan, dan kematian, membuat
pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudahdiperoleh bagi semua
orang yang membutuhkan, meningkatkan mutu nasehat, komunikasi, edukasi,
konseling, dan pelayanan, meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria
dalam praktek KB, dan meningkatkan pemberian air susu ibu (ASI) untuk
penjarangan kehamilan (BKKBN, 2006).
Keluarga
berencana merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk
menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk. Program keluarga berencana oleh pemerintah
adalah agar keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima
norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada
pertumbuhan yang seimbang.
Namun,
paradigma baru KB nasional telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga
Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan “Keluarga
Berkualitas Tahun 2015”. Keluarga yang
berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju mandiri, memiliki anak
yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa (Saifuddin, 2006).
Jumlah
anak dalam keluarga yang dianggap ideal adalah dua (2). Gerakkan ini mulai dirancang pada tahun akhir
1970-an. Ada pula sebuah lagu mengenai
keluarga berencana yang sering dinyanyikan.
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengontrol jumlah dan jarak antara
kelahiran anak. Untuk menghindari
kehamilan yang bersifat sementara digunakan kontrasepsi sedangkan untuk
menghindari kehamilan yang bersifat menetap bisa dilakukan sterilisasi. Tujuan dari keluarga berencana adalah sebagai
berikut.
1. Tujuan
umum :
-
Meningkatkan
kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (norma keluarga kecil
bahagia sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya dasar masyarakat yang
sejahtera dengan mengendalikan sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan
penduduk.
2. Tujuan
khusus
-
Meningkatkan jumlah
penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
-
Menurunnya jumlah angka
kelahiran bayi.
-
Meningkatnya kesehatan
keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran.
2.2.2
Manfaat
Keluarga Berencana
Saat ini
pemerintah seang menggalakan program keluarga berencana pada masyarakat luas
dengan membatasi dalam sebuah keluarga memiliki 2 orang anak. Dengan tujuan menyesuaikan keadaan ekonomi
dan menekan angka kelahiran yang setiap tahun makin melonjak. Tujuan dan manfaat program keluarga berencana
adalah sebagai berikut.
1. Mencegah
kehamilan karena alasan pribadi.
2. Membatasi
jumlah anak.
3. Menekan
angka kelahiran yang melonjak tajam setiap tahunnya.
Secara
menyeluruh, program keluarga berencana tidak hanya memberikan keuntungan atau manfaat
bagi pihak ibu saja. Anggota keluarga
lainnya seperti ayah dan anak juga mendapatkan manfaat dari adanya program
keluarga berencana ini.
1. Manfaat
program keluarga berencana bagi ibu dan ayah
Keleuarga berencana memberikan manfaat
bagi pihak ibu. Beberapa manfaat
tersebut yaitu :
-
Memperbaiki kesehatan
ibu.
-
Peningkatan kesehatan.
-
Memiliki waktu yang
cukup untuk mengasuh dan mendidik anak.
-
Memiliki waktu untuk
beristirahat.
-
Memiliki banyak waktu
luang.
-
Dapat melakukan berbagai kegiatan lainnya.
Orang
tua (ayah dan ibu) yang paling bertanggung jawab atas keselamatan dirinya dan
keluarganya (anak-anak), karena itu orang tua harus sadar akan batas-batas
kemampuannya selama masa baktinya dalam pemenuhan kebutuhan anak-anaknya sampai
menjadi orang yang berguna. Walaupun
manusia dapat mengharapkan pertolongan dan rezeki dari Tuhan Yang Maha Esa,
namun mereka sebagai mahluk insane yang diberi akal, ilmu, dan pikiran sehat,
karena itu mereka wajib memakai akal, ilmu dan oikiran sehat tersebut untuk
mendapatkan jalan dan hidup yang sehat pula sehingga tidak berbuat yang lebih
dari kemampuan yang ada. Dengan
demikian, terciptalah keselamatan keluarga dan terbentuklah keluarga yang
bahagia.
2. Manfaat
program keluarga berencana bagi anak
Anak
adalah amanah dan karunia dari Tuhan yang harus dijunjung tinggi sebagai
pemberian yang tak ternilai harganya.
Mengatur kelahiran merupakan salah satu cara dalam menghargai
kepentingan anak. Orang tua mempunyai
persiapan yang matang agar dapat memberikan kehidupan yang baik kepada
anak-anaknya agar kelak mereka menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi
orang tua dan bangsa. Beberapa manfaat
yang diberikan bagi anak antara lain :
-
Dapat mengetahui
pertumbuhan anak dan kesekatannya.
-
Memperoleh perhatian,
pemeliharaan dan makanan yang cukup.
-
Perencanaan masa depan
dan pendidikan yang baik.
3. Kepentingan
masyarakat
Keluarga
merupakan kumpulan terpadu dari komunitas atau masyarakat. Kepentingan masyarakat meminta agar setiap
orang tua sebagai kepala keluarga memelihara dengan baik keluarga dan
anak-anaknya agar dapat membantu terlaksananya kesejahteraan seluruh komunitas
sehingga secara makro telah ikut memelihara keseimbangan penduduk dan
pelaksanaan pembangunan nasional. Tanpa
bantuan kesungguhan keluarga dalam menekan pertambahan penduduk dengan cepat,
pembangunan tidak akan berarti. Orang
tua yang menentukan jumlah anak yang ingin mereka miliki sesuai dengan
kemampuannya dan tidak melupakan tanggung jawab terhadap anak-anak yang telah
dilahirkan, tanggung jawab terhadap masyarakat dan negara dimana mereka hidup
dan berbakti (Mochtar, 1998).
2.2.3
Macam-Macam
Metode Keluarga Berencana
Saat ini
ada banyak macam metode kontrasepsi.
Macam-macam metode konstrasepsi yang dapat digunakan dalam keuarga
berencana adalah sebagai berikut.
1. Metode
Amenore Laktasi (MAL)
Metode
amenore laktasi adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu
(ASI) secara eksklusif, artinya hanya memberikan ASI tanpa makanan atau minuman
apa pun lainnya. MAL dapat dipakai
sebagai kontrasepsi bila ibu menyusui secara penuh (ful breast feeding), yang
akan lebih efektif bila pemberian ≥ 8 x
sehari, belum haid, dan umur bayi kurang dari 6 bulan karena MAL hanya efektif
sampai 6 bulan. Jika sudah lebih dari 6
bulan, harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya. Cara kerja MAL sendiri dengan
penekanan/penundaan ovulasi.
MAL
memiliki keuntungan kontrasespi dan non kontrasespsi. Keuntungan kontrasespsi yaitu :
-
Efektifitas tinggi
(keberhasilan 98% pada enam bulan pasca persalinan).
-
Segera efektif.
-
Tidak mengganggu
sanggama.
-
Tidak ada efek samping
secara sistematik.
-
Tidak perlu pengawasan
medis.
-
Tidak perlu obat atau
alat.
-
Tanpa biaya.
Sedangkan
keuntungan non kontrasepsinya adalah :
-
Untuk bayi
Bayi mendapat kekebalan
pasif (mendapatkan antibody perlindungan lewat ASI), sebagai sumber asupan gizi
yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal, serta
terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau
formula, atau alat minum yang dipakai.
-
Untuk ibu
MAL dapat mengurangi
resiko perdarahan pascapersalinan serta anemia dan mampu meningkatkan hubungan
psikologik ibu dan bayi.
2. Keluarga
Berencana Alamiah (KBA)
Untuk
menggunakan metode kontrasepsi ini, ibu harus mengetahui kapan masa subur
berlangsung. Metode ini dapat efektif
bila digunakan dengan tertib. KBA tidak
memberikan efek samping bagi sang ibu.
Meetode ini dilakukan hanya dengan cara pasangan secara sukarela
menghindari sanggama pada masa subur ibu, atau sanggama pada masa subur untuk
mencapai kehamilan.
Metode
KBA terdiri dari beberapa macam metode.
Metode lender serviks atau lebih dikenal dengan Metode Ovulasi
Billings/MOB atau metode dua hari mukosa serviks dan metode simtomtermal adalah
yang paling efektif. Cara yang kurang
efektif misalnya sistem kalender atau pantangan berkala dan metode suhu basal
yang sudah tidak diajarkan lagi oleh para pengajar KBA. Hal ini disebabkan karena kegagalan yang
cukup tinggi (>20%) dan waktu pantang yang lebih lama. Lagi pula sudah ada cara lain yang lebih efektif dan masa pantang lebih
singkat. Di Indonesia dengan surat dari
BKKBN pusat kepada BKKBN provinsi dengan SK 6668/K.S 002/E2/90, Tgl. 28
Desember 1990, Metode Ovulasi Billings (MOB) sudah diterima sebagai salah satu
Metode KB (Mandiri).
Keuntungan
kontrasepsi dari KBA yaitu :
-
Dapat digunakan untuk
menghindari atau mencapai kehamilan.
-
Tidak ada resiko
kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
-
Tidak ada efek samping
sistematik.
-
Murah atau tanpa biaya.
Sedangkan
keuntungan non kontrasepsinya yaitu :
-
Meningkatkan
keterlibatan suami dalam keluarga berencana.
-
Menambah pengetahuan
tentang sistem reproduksi pada suami dan istri.
-
Memungkinkan
mengeratkan relasi/ hubungan melalui peningkatan komunikasi antara suami
istri/pasangan.
Pasangan
suami istri yang dapat menggunakan metode KBA sabagi alat kontrasepsi adalah :
-
Semua perempuan sesame
reproduksi, baik siklus haid teratur maupun tidak teratur, tidak haid baik
karena menyusui maupun premenopause.
-
Semua perempuan dengan
pritas berapa pun termasuk nulipara.
-
Perempuan kurus atau
gemuk.
-
Perempuan yang merokok.
-
Perempuan dengan alasan
kesehatan tertentu antara lain hipertensi sedang, varises, dismenore, sakit kepala sedang atau hebat, mioma uteri,
endometritis, kista ovarii, anemia defisiensi besi, hepatitis virus, malaria,
thrombosis vena dalam, atau emboli paru.
-
Pasangan dengan alas an
agama atau filosofi untuk tidak menggunakan metode lain.
-
Perempuan yang tidak
dapt menggunakan metode lain.
-
Pasangan yang ingin
pantang sanggama lebih dari seminggu pada tiap siklus haid.
-
Pasangan yang ingin dan
termotivasi untuk mengobservasi, mencatat, dan menilai tanda dan gejala
kesuburan.
Sedangkan
pasangan yang ingin menggunakan metode ini sebagai alat konsepsi adalah Pasangan
yang ingin mencapai kehamilan, sanggama dilakukan pada masa subur untuk
mencapai kehamilan.
3. Sanggama
Terputus
Sanggama
terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan
alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi sehingga
sperma tidak masuk ke dalam vagina sehingga tidak ada pertemuan antara sperma
dan ovum, dan kehamilan dapat dicegah.
Manfaat dari segi kontrasepsi adalah :
-
Efektif bila
dilaksanakan dengan benar.
-
Tidak mengganggu
produksi ASI.
-
Dapat digunakan sebagai
pendukung metode KB lainnya.
-
Tidak ada efek samping.
-
Dapat digunakan setiap
waktu.
-
Tidak membutuhkan biaya.
Sedangkan
keuntungan dari segi non kontrasepsi yaitu :
-
Meningkatkan
keterlibatan suami dalam keluarga berencana.
-
Untuk pasangan
memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian yang sangat dalam.
4. Metode
Barier
Metode
ini salah satunya dengan menggunakan kondom.
Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga dapat mencegah IMS
termasuk HIV/AIDS. Metode barier efektif
bila dipakai dengan baik dan benar serta dapat dipakai bersamaan dengan metode
KB lainnya.
Kondom
merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan antara
lateks (karet), palstik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang
dipasang pada penis saat hubungan seksual.
Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder,
dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau
mempunyaibentuk seperti putting susu.
Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan
efektivitasnya (misalnya penambahan spermisida) maupun sebagai aksesoris
aktivitas seksual.
Standar
ketebalan adalah 0,02 mm. Tipe-tipe
kondom terdiri dari kondom biasa, kondom berkontur (bergerigi), kondom
beraroma, serta kondom tidak beraroma.
Kondom untuk pria sudah cukup dikenal namun untuk kondom wanita walaupun
sudah ada, belum popular dengan alasan ketidaknyamanan (berisik). Kondom menghalangi masuknya sperma kedalam
vagina dengan cara mengemas sperma di ujung
selubung karet yang dipasang pada penis sehinngga sperma tersebut tidak
tercurah ke dalam vagina.
Keuntungan
dari penggunaan kondom sebagai alat kontrasepsi antara lain :
-
Efektif bila digunakan
dengan benar.
-
Tidak mengganggu
produksi ASI.
-
Tidak mengganggu
kesehatan klien.
-
Tidak mempunyai
pengaruh sistematik.
-
Murah dan dapat dibeli
secara umum.
-
Tidak perlu resep
dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.
-
Metode kontrasepsi
sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda.
Sedangkan
kuntungan non kotrasepsi dari penggunaan metode KB ini adalah :
-
Memberi dorongan kepada
suami untuk ikut ber-KB.
-
Dapat mencegah
penularan IMS.
-
Mencegah ejakulasi dini.
-
Membantu mencegah
terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasi bahan karsinogenik eksogen pada
serviks).
-
Saling berinteraksi
sesama pasangan.
-
Mencegah imuno
infertilitas.
5. Kontrasepsi
Kombinasi (Hormon Esterogen dan Progesteron)
a. Pil
kombinasi
Pil
kombinasi efektif dan reversible bila diminum setiap hari. Pada bulan-bulan pertama efek samping berupa
mual dan perdarahanbercak yang tidak berbahaya dan segera akan hilang. Efek samping serius terjadi sangat
jarang. Pil dapat digunakan oleh semua
ibu usia reproduksi, baik yang sudah mempunyai anak maupun belum. Namun, metode ini tidak dianjurkan pada ibu
yang menyusui. Metode ini juga dapat
dijadikan sebagai kontrasepsi darurat.
Janis-jenisnya yaitu :
1. Monofasik
Pil yang tersedia dalam
kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif esterogen/progestin (E/P) dalam
dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.
2. Bifasik
Pil yang tersedia dalam
kemasan 21 tablet mengandung jormon aktif esterogen/progestin (E/P) dengan dua
dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa jormon aktif.
3. Trifasik
Pil yang tersedia dalam
kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif esterogen/progestin (E/P) dengan
tida dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.
Cara
kerja dari penggunaan pil ini dengan menekan ovulasi, mencegah implantasi,
mengentalkan lender serviks sehingga sulit dilalui oleh sperma, serta
mengganggu pergerakkan tuba sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan
terganggu pula.
Manfaatnya
sendiri dari penggunaan metode ini adalah :
-
Memiliki efektifitas
tinggi bila digunakan setiap hari.
-
Resiko terhadap
kesehatan sangat kecil.
-
Tidak mengganggu
hubungan seksual.
-
Siklus haid menjadi
teratur, tidak nyeri haid, dan mengurangi darah haid sehingga mencegah anemia.
-
Dapat digunakan dalam
jangka panjang selama perempuan masih ingin menggunakan untuk mencegah
kehamilan.
-
Dapat digunakan sejak
usia remaja hingga menopause.
-
Mudah dihentikan setiap
saat.
-
Kesuburan segera
kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
-
Dapat digunakan sebagai
kontrasepsi darurat.
-
Membantu mencegah
kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium, kista ovarium, penyakit
radang panggul, kelainan jinak pada payudara, dismenore, atau akne.
b. Suntikan
kombinasi
Jenis
suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg
Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali (Cyclofem), dan 50
mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi IM
sebulan sekali.
Cara
kerja dari suntikan kombinasi ini dengan menekan ovulasi, membuat lendir
serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu, merubah endometrium
(atrofi) sehingga implantasi terganggu, serta mengahmbat transportasi gamet
oleh tuba. Metode ini sangat efektif
(0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama setahun pertama penggunaan.
Keuntungan
kontrasepsi dari suntikan kombinasi ini antara lain :
-
Resiko terhadap
kesehatan kecil.
-
Tidak berpengaruh pada
hubungan suami istri.
-
Tidak memerlukan
pemeriksaan dalam.
-
Untuk penggunaan jangka
waktu panjang.
-
Efek samping yang
ditimbulkan sangat kecil.
-
Klien tidak perlu
menyimpan obat suntik.
Sedangkan
keuntungan non kontrasepsi pada penggunaan suntikan kombinasi ini adalah :
-
Mengurangi jumlah
perdarahan.
-
Mengurangi nyeri saat
haid.
-
Mencegah anemia.
-
Khasiat pencegahan
terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium.
-
Mengurangi penyakit
payudara jinak dan kista ovarium.
-
Mencegah kehamilan
ektopik.
-
Melindungi klien dari
jenis-jenis tertentu penyakit radang panggul.
-
Pada keadaan tertentu
dapat diberikan pada perempuan usis perimenopouse.
6. Kontrasepsi
Progestin
a. Kontrasepsi
Suntikan Progestin
Kontrasepsi
progestin sangat efektif, aman, dan dapat dipakai oleh semua perempuan dalam
usia reproduksi. Kembalinya kesuburan
lebih lambat (rata-rata 4 bulan) serta cocok untuk masa laktasi karena tidak
menekan produksi ASI.
Cara
kerja dari kontrasepsi ini adalah dengan mencegah ovulasi, mengentalkan lender
serviks, menjadikan selaput lender rahim tipis dan atrofi, serta menghambat
transportasi gamet tuba. Kontrasepsi
progestin terdiri dari 2 jenis kontrasepsi suntikan, yaitu :
-
Depo
Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera), mengandung 150 mg DMPA, yang
diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik IM (di daerah bokong).
-
Depo Noretisteron
Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg Noretindron Enantat,
diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik IM.
Kedua
jenis kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektifitas yang tinggi, dengan 0,3
kehamilan per 100 perempuan/than, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur
sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Keuntungan dari penggunaan ini antara lain :
-
Sangat efektif.
-
Pencegahan kehamilan
jangka panjang.
-
Tidak berpengaruh pada
hubungan suami-istri.
-
Tidak mengandung
esterogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan
gangguan pembekuan darah.
-
Tidak memiliki pengaruh
terhadap ASI.
-
Sedikit menimbulkan
efek samping.
-
Klien tidak perlu
menyimpan obat suntik.
-
Dapat digunakan oleh perempuan
usia >35 tahun sampi perimenopouse.
-
Membantu mencegah
kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
-
Menurunkan kejadian
penyakit jinak payudara.
-
Mencegah beberapa
penyebab penyakit radang panggul.
-
Menurunkan krisis
anemia bulan sabit (sickle cell).
b. Kontrasepsi
Pil Progestin (Minipil)
Kontrsepsi
ini cocok untuk perempuan menyusui yang ingin memakai pil KB karena pil ini
sangat efektif pada masa laktasi.
Dosisnya rendah sehingga tidak menurunkan produksi ASI dan tidak
memberikan efek samping esterogen. Efek
samping utama dari kontrasepsi ini adalah gangguan perdarahan, perdarahan
bercak, atau perdarahan tidak teratur.
Kontrasepsi ini dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat. Jenis-jenis dari minipil antara lain :
-
Kemasan dengan isi 35
pil : 300 µg levonorgestrel atau 35 µg noretindron.
-
Kemasan dengan isi 28
pil : 75 µg desogestrel.
Cara
kerja minipil dengan menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di
ovarium (tidka begitu kuat), transformasi endometrium lebih awal sehingga
implantasi lebih sulit, mengentalkan lender serviks sehingga menghambat
penetrasi sperma, serta mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sprema
terganggu.
Minipil
sangat efektis (98,5%). Pada penggunaan
minipil jangan sampai terlupa satu-dua tablet atau jangan sampai terjadi
gangguan gastrointestinal (muntah, diare) karena akibatnya kemungkinan terjadi
kehamilan sangat besar. Penggunaan
obat-obat mukolitik asetilsistein bersamaan dengan minipil perlu dihindari
karena munolitik Janis ini dapat meningkatkan penetrasi sperma sehingga
kemampuan kontraseptif dari minipil dapat terganggu. Agar didapatkan kehandalan yang tinggi, maka
:
-
Jangan sampai ada
tablet yang lupa
-
Tablet digunakan pada
jam yang sama (malam hari)
-
Sanggama sebaiknya
dilakukan 3-20 jam setelah penggunaan minipil
Keuntungan
kontrasepsi dari metode ini yaitu :
-
Sangat efektif bila
digunakan secara teratur.
-
Tidak mengganggu
hubungan seksual.
-
Tidak memengaruhi ASI.
-
Kesuburan cepat
kembali.
-
Nyaman dan mudah
digunakan.
-
Sedikit efek samping.
-
Dapat dihentikan setiap
saat.
-
Tidak mengandung
esterogen.
EFEK SAMPING
|
PENANGANAN
|
Amenore
|
Pastikan
hamil atau tidak, bila tidak hamil, tidak perlu tindakan khusus. Cukup konseling saja. Bila amenore berlanjut atau hal tersebut
membuat klien khawatir, rujuk ke klinik.
Bila hamil, hentikan pil, dan kehamilan dilanjutkan. Jelaskan kepada klien bahwa minipil sangat
kecil menimbulkan kelainan pada janin.
Bila diduga kehamilan ektopik, klien perlu obat-obat hormonal untuk
menimbulkan haid. Kalaupun diberikan
tidak akan ada gunanya.
|
Perdarahan
tidak teratur/spotting
|
Bila
tidak menimbulkan masalah kesehatan/tidak hamil, tidak perlu tindakan
khusus. Bila klien tetap saja tidak
dapat menerima kejadian tersebut, perlu dicari metode kontrasepsi lain.
|
c. Kontrasepsi
Implan
Implant
adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen dan dapat
mendegah terjadinya kehamilan antara tiga hingga lima tahun. Metode ini dikembangkan oleh the population
council, yaitu suatu organisasi internasional yang didirikan tahun 1952 untuk
mengembangkan teknologi kontrasepsi.
7. Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
AKDR
sangat efektif, reversible dan berjangka waktu panjang (dapat mencapai 10 tahun
: CuT-380A). Metode keluarga berencana
ini membuat haid menjadi lebih lama dan lebih banyak. Pemasangan dan pencabutannya memerlukan
pelatihan, namun dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi dan tidak
boleh dipakaii oleh perempuan yang terpapar pada Infeksi Menular Seksual (IMS).
Jenis-jenis
AKDR yaitu AKDR CuT-380A. AKDR ini kecil, kerangka dari plastic yang fleksibel,
berbentuk huru T diselubungi oleh kawat halus
yang terbuat dari tembaga (Cu).
Tersedia di Indonesia dan terdapat dimana-mana. AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah
NOVA T (Schering).
Cara
kerja dari alat kontrasepsi ini adalah dengan menghambat kemampuan sperma untuk
masuk ke tuba falopii, memengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum
uteri. AKDR bekerja terutama mencegah
sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi kemapuan sperma untu fertilisasi. Hal ini memungkinkan untuk mencegah
implantasi dalam uterus.
Keuntungan
dari penggunaan alat kontrasepsi ini adalah sabagai berikut.
1. Sebagai
kontrasepsi yang efektifitasnya tinggi (0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1
tahun pertama).
2. AKDR
dapat efektif segera setelah pemasangan.
3. Metode
jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti).
4. Sangat
efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
5. Tidak
memengaruhi hubungan seksual.
6. Meningkatkan
kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
7. Tidak
ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR.
8. Tidak
memengaruhi kualitas dan volume ASI.
9. Dapat
dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi
infeksi).
10. Dapat
digunakan sampai menopause.
11. Tidak
ada interaksi dengan obat-obat.
12. Membantu
mencegah kehamilan ektopik.
Kerugian
dari AKDR :
1. Efek
samping umum (perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan
antarmenstruasi, nyeri haid).
2. Komplikasi
lain (merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hati setelah pemasangan, perdarahan
berat pada waktu haid atau diantaranya yang memmungkinkan penyebab anemia,
perforasi dinding uterus).
3. Tidak
mencegah IMS.
4. Tidak
baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan.
5. Penyakit
radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR.
6. Seringkali
perempuan takut dalam proses pemasangan.
7. Klien
tidak dapat memasang atau mencabut AKDR oleh dirinya sendiri.
8. Mungkin
AKDR akan keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR
dipasang segera sesudah melahirkan).
9. Tidak
mencegah kehamilan ektopik.
10. Perempuan
harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus
memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini.
8. Kontrasepsi
Mantap
a. Tubektomi
Tubektomi
adalah metode kontrasepsi untuk perempuan yang tidak ingin anak lagi. Perlu prosedur bedag untuk melakukan
tubektomi sehingga diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan
lainnya untuk memastikan apakah seorang klien sesuai untuk menggunakan metode
ini.
Tubektomi
termasuk metode efektif dan tidak menimbulkan efek samping jangka panjang,
efektivitas tubektomi yaitu :
1. Kurang
dari 1 kehamilan per 100 (5 per 100) perempuan pada tahun pertama penggunaan.
2. Pada
10 tahun penggunaan, terjadi sekitar 2
kehamilan per 100 perempuan (18-19 per 1000 perempuan).
3. Efektivitas
kontraseptif terkait juga dengan teknik tubektomi (penghambatan atau oklusi
tuba) tetapi secara keseluruhan, efektivitas tubektomi cukup tinggi
dibandingkan metode kontrasepsi lainnya.
Metode dengan efektivitas tinggi adalah tubektomi minilaparotomi
pascapersalinan.
Jarang
sekali ditemukan efek samping, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Keuntungan dari metode ini yaitu mempunyai
efek protektif terhadap kehamilan dan penyakit radang panggul (PID). Beberapa studi menunjukkan efek protektif terhadap
kanker ovarium. Namun tubektomi memiliki
resiko. Walaupun jarang tetapi dapat
terjadi komplikasi tindakan pembedahan dan anastesi. Penggunaan anstesi local sangat mengurangi
resiko yang terkait dengan tindakan anastesi umum.
b. Vasektomi
Vasektomi
adalah metode kontrasepsi untuk lelaki yang tidak ingin anak lagi. Perlu prosedur bedah untuk melakukan
vasektomi sehingga diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan
lainnya untuk memastikan apakah seseorang sesuai untuk menggunakan metode ini.
Vasektomi
disebut juga sebagai metode kontrasepsi operatif lelaki. Metode ini merupakan metode permanen untuk
pasangan tidak ingin anak lagi. Hal ini
dikarenan vasektomi membuat sperma (yang disalurkan melalui vas deferens) tidak
dapat mencapai vesikula seminalis yang pada saat ejakulasi dikeluarkan
bersamaan dengan cairan semen. Untuk oklusi
vas deferens, diperlukan tindakan insisi kecil (minor) pada daerah rafe
skrotalis. Penyesalan terhadap
vasektomi, tidak segera memulihkan fungsi reproduksi karena memerlukan tindakan
pembedahan ulang. Vasektomi termasuk
metode efektif dan tidak menimbulkan efek samping jangka panjang.
c. Rekanalisasi
Operasi
rekanalisasi dengan teknik bedah mikro sudah banyak dikembangkan. Teknik ini tidak saja menyambungkan kembali
tuba falopii dengan baik, tetapi juga menjamin kembalinya fungsi tuba. Hal ini disebabkan oleh teknik bedah mikro
yang secara akurat menyambung kembali tuba dengan trauma yang minimal,
mengurangi perlekatan pascaoperasi, mempertahankan fisiologi tuba, serta
menjamin fimbriae tuba tetap bebas sehingga fungsi penangkapan ovum masih tetap
baik.
Tidak
semua pasien pascatubektomi dapat dengan mudah menjalankan rekanalisasi atau
dikabulkan permintaan rekanalisasinya.
Beberapa pertimbangan harus diberikan untuk keberhasilan rekanalisasi
tersebut. Beberapa kontraindikasi antara
lain :
-
Umur klien > 37
tahun.
-
Tidak ada ovulasi (atau
ada masalah dari faktor ovarium).
-
Suami oligospermi atau
azoospermi.
-
Keadaan kesehatan yang
tidak baik, dimana kehamilan akan memperburuk kesehatannya.
-
Tuberculosis genitalia
interna.
-
Perlekatan organ-organ
pelvic yang luas dan berat.
-
Tuba yang sehat terlalu
pendek (kurang dari 4 cm).
-
Infeksi pelvis yang
masih aktif.
Beberapa
pertimbangan yang harus dipikirkan sebelum melakukan operasi adalah sebagai
berikut.
1. Pemeriksaan
praoperatif
·
Anamnesis yang lengkap,
termasuk laporan operasi daerah perlvis dan penyakit panggul terdahulu.
·
Pemeriksaan fisik umum
(status generalis).
·
Pemeriksaan
ginekologis.
·
Pemeriksaan laparoskop.
·
Pemeriksaan
histerosalpingografi.
2. Keputusan
untuk operasi dan waktunya
·
Apakah bisa dilakukan
pembedahan mikro pada kasus tersebut.
·
Apakah tindakan
pembedahan tersebut akan memberikan hasil yang baik untuk klien agar dapat
hamil.
Bila
jawaban YA, harus ditentukan waktu operasi.
Tindakan pembedahan biasanya dilakukan di rumah sakit oleh ahli bedah
yang terlatih serta dengan sarana yang lengkap untuk operasi mikro (micro surgery).
2.3 Asuhan Kespro dan KB
dalam Manajemen Kebidanan
Pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga
berencana memiliki tujuan untuk mencapai keluarga yang sejahtera. Kesejahteraan keluarga menurut Requena (ahli
demografi Chili) yaitu :
1. Dalam
keluarga telah dicapai keseimbangan antara sosial-ekonomi dan jumlah serta
susunan keluarga.
2. Pertumbuhan
keluarga stabil, artinya bila hamil telah diperhitungkan dengan baik, kesehatan
psikologis dan fisik dalam keadaan optimal.
3. Penerimaan
terhadap program KB sudah menjadi bagian integral keluarga.
4. Kalau
perlu melakukan gugu-kandungan.
5. Penghargaan
terhadap wanita sudah mantap dan baik.
Dalam pembukaan UUD 1945 tercantum empat tujuan pembangunan bangsa,
yaitu :
1.
Mewujudkan
kesejahteraan umum.
2.
Mencerdaskan kehidupan
bangsa.
3.
Ikut serta dalam
perdamaian dunia berdasarkan kemerdekaan.
4.
Meningkatkan keadilan
sosial.
Sekalipun demikian, pembangunan dalam
bidang kesehatan sudah cukup berhasil dengan criteria kematian ibu 300/100.000
dan kematian perinatal 360/100.000 persalinan hidup. Angka ini merupakan tolok ukur pemerintah dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakatnya, sedangkan tingkat
kesejahteraannya diukur dari penerimaan program keluarga berencana. Bila mengikuti grafik demografi Requena
(1966), ahli demografi Chili, tingkat kesejahteraan bangsa Indonesia belum
memadai. Dalam kurun waktu 60
tahun, sudah banyak upaya pembangunan
yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan itu belum dapat dicapai secara
maksimal karena kendala yang telah dikemukakan.
Pembangunan untuk menignkatkan kesehatan dan kesejahteraan diantaranya
sebagai berikut.
1.
Pelaksanaan keluarga
berencana.
2.
Pembangunan mata rantai
pelayanan kesehatan.
3.
Pembangunan kesehatan
masyarakat desa.
4.
Pembangunan sistem
kesehatan nasional.
5.
Tanggapan pemerintah
terhadap safe motherhood initiatives.
6.
Gagasan untuk
mewujudkan kesejahteraan itu.
Kumpulan keluarga berencana Indonesia
(PKBI) pada tahun 1957 baru dapat melaksanakan aktifitas setelah pemerintah
melakukan penandatanganan “Hak-Hak Asasi Manusia” PBB 1967. Bersama dengan pemerintah, PKBI membentuk
lembaga keluarga berencana nasional tahun 1969.
Lembaga keluarga berencana nasional, dianggap kurang berfungsi sehingga
dibentuk Badan Koordinator Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang langsung
berada dibawah naungan presiden.
Pengawasan dibawah presiden langsung
sangat menjamin efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program keluarga
berencana. Pada Pelita I saja, telah
mampu menurunkan kepemilikkan anak dari
rata-rata 5,8 orang menjadi 3,8 pada setiap keluarga. Pelaksanaan keluarga berencana dikaitkan
dengan upaya meningkatkan kesehatan keluarga, sehingga dapat diterima oleh
semua pihak termasuk pemuka agama.
Pendidikan masyarakat memegang peran
penting yang meliputi pentingnya arti pengawasan hamil, mengajarkan tentang
makanan yang berpedoman pada “empat sehat dan lima sempurna”, pentingnya arti
imunisasi tetanus toksoid ibu hamil, pentingnya arti pelaksanaan keluarga
berencana, mengarahkan tempat persalinan dilakukan untuk mendapatkan well born baby, pengawasan pascapartum
dan persiapan untuk merawar bayi dan menyusui, pentingnya memberi ASI selama
dua tahun dan rawat gabung. Pendidikan
kesehatan ini dapat dilakukan pada waktu :
1.
Pengawasan hamil
dipuskesmas atau pondok bersalina desa dan taktik bidan swasta.
2.
Saat menyelenggarakan
posyandu.
3.
Melalui pertemuan
berkala atau kursus pada PKK (Pendidikan Kesejahteraan Keluarga).
4.
Pada saat memberi
penyuluhan khusus.
5.
Pada saat melakukan
kunjungan rumah.
Tujuan pendidikan kesehatan masyarakat ini
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, mengarahkan masyarakat
memilih tenaga kesehatan terlatih, meningkatkan pengertian masyarakat tentang
imunisasi, keluarga berencana dan gizi sehingga mengurangi ibu hamil dengan
anemia.
Pembangunan ekonomi diselenggarakan
pemerintah bersama masyarakat, diikuti dengan program dan gerakkan keluarga
berencana, sehingga diharapkan kesejahteraan makin cepat tercapai. Pembangunan bangsa Indonesia berorientasi
pada “Pembangunan Keluarga” yang pada gilirannya “Meningkatkan Sumber Daya
Manusia”. Dalam pelaksanaan gerakkan
keluarga berencana dapat mengambil bagian penting :
1.
Memberi KIE dan
motivasi.
a.
Mengapa mengikuti
gerakkan KB?
b.
Kapan waktu yang tepat
untuk berKB?
c.
Metode apa yang dipakai
sesuai dengan waktu : pasca-partum atau pasca-abortus, interval, pada remaja,
atau wanita diatas 35 tahun.
d.Dimana
dapat menerima pelayanan KB?
2.
Memberi pelayanan dan
pemeriksaan peserta KB. Keberadaan bidan
ditengah masyarakat dapat memberi pelayanan KB dalam bentuk sebagai berikut.
a.
Metode sederhana
(kondom).
b.
Metode hormonal (pil,
suntikan, susuk).
c.
Metode mekanis
(pemasangan IUD).
d.Melakukan
pengawasan peserta.
e.
Merujuk klien yang
menginginkan kontap ke Puskesmas atau RSU.
DAFTAR
PUSTAKA
Ayu, Ida Chandranita Manuaba. MEMAHAMI KESEHATAN REPRODUKSI WANITA.
2009. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Everret, Suzame. BUKU SAKU KONTRASEPSI KESEHATAN SEKSUAL REPRODUKTIF. 2007. Penerbit
Buku Kedokteran. Jakarta.
http://nikendamayanti.tumblr.com/post/51276866237.
Damayanti, Niken. DEFINISI SEX,
SEKSUALITAS, DAN GENDER. Mei 2013. Diakses pada tanggal 5 Maret 2015.
http://id.m.wikipedia.org/wiki/keluarga_berencana.
Juni 2014. KELUARGA BERENCANA. Kenrict 95 bot. Diakses pada tanggal 5 Maret
2015.
http://kondom-sutra.com/manfaat-program-kb-keluarga-berencana/.
Kondom sutra. MANFAAT PROGRAM KB-KELUARGA
BERENCANA. Diakses pada tanggal 9 Maret 2015.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21977/3/Chapter%2011.pdf.
TINJAUAN PUSTAKA KELUARGA BERENCANA. Universitas
Sumatera Utara. 2011. Diakses pada tanggal 9 Maret 2015.